Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menjelajahi Dunia Maya

13 Januari 2019   11:52 Diperbarui: 23 Januari 2019   13:41 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangunan lainnya termasuk High Priest’s Grave atau makam Pendeta Tertinggi dan Colonade (Thousand Columns) dan bersambung dengan Temple of Warriors. Sebagian besar bangunan ini diselesaikan pada awal periodel Post Classic 900-1200, dan di akhir era Post Classic 1200-1540 Chichen sepertinya terkalahkan oleh munculnya kota Mayapan.

Thausand Columns and Temple of Warriors. Photo by Widz Stoops
Thausand Columns and Temple of Warriors. Photo by Widz Stoops
Sekitar tahun 1450, Liga dan supreme politik Mayapan bubar, ketika Spanyol memasuki Mexico di abad ke 16. Bangsa Maya pergi ke kota-kota kecil, sedangkan kota besar seperti Chichen Itza ditinggalkan. Kejayaan Chichen Itza pun terlupakan kecuali bangunan megah yang tersisa dan mengingatkan kita akan pengetahuan canggih yang pernah dimiliki bangsa Maya saat itu.
Rumah di peradaban Maya. Photo by Widi Stoops
Rumah di peradaban Maya. Photo by Widi Stoops
Steam bath/spa peradaban Maya. Photo by Widz Stoops
Steam bath/spa peradaban Maya. Photo by Widz Stoops
Telaga Biru Maya
Ik Kil Cenote. Doc.Pribadi Widz Stoops
Ik Kil Cenote. Doc.Pribadi Widz Stoops
Pernahkah kalian mendengar lagu yang berjudul Telaga Biru Maya?, setelah berkunjung ke sini judul lagu tersebut membuat saya tersenyum, karena ternyata ada Telaga Biru Maya yang asli. Bangsa Maya menyebutnya Dzonot yang berarti sumur/telaga, pada saat masuknya pengaruh Spanyol diartikan menjadi Cenote.

Mungkin ada sekitar 800 Cenote di semenanjung Yucatan. Beratus-ratus tahun lalu ketika meteor menimpa bumi dan menyebabkan bumi berlubang diikuti dengan peristiwa alam lainnya lubang inipun kemudian menjadi sumur/telaga.

Beberapa Cenote dianggap suci, khususnya yang saya kunjungi disebut Cenote Ik Kil, telaga dengan bentuk bundar sempurna berlokasi tidak jauh dari kota kuno bangsa Maya, Chichen Itza. Anak laki-laki bujang dan perawan ditenggelamkan disini sebagai korban untuk Dewa Air. 

Tidak hanya sebagai tempat berkorban, telaga ini juga merupakan pintu masuk dunia bawah tanah yang menghubungkan ke 800 Cenote lainnya. Terletak 30 meter di bawah tanah, permukaannya berdiameter 60 meter dengan 50 meter kedalaman air. 

Air terus menerus mengalir jatuh melalui akar pohon yang menggelantung dari atas ke bawah. Suhu disini sekitar 40 derajat celcius, sementara suhu air di telaga sangat dingin sekitar 15 derajat celcius.

Ik Kil Cenote. Doc.Pribadi Widz Stoops
Ik Kil Cenote. Doc.Pribadi Widz Stoops
Pada saat saya melihat air di telaga, saya merasa ada aura mistik merasuki, seperti menarik-narik saya untuk terjun kedalamnya. Tapi pikiran logis menyadarkan kalau saya bukanlah perenang yang baik. Akhirnya niat menyebu kan diri kedalam telaga Maya saya urungkan.

Walau saya sempat berpikir, tidak heran kalau bangsa Maya dengan suka rela ikhlas berkorban di sini. Telaga ini memang sangat majestik dan sangat indah untuk tempat peristirahatan terakhir.

Ik Kil Cenote dilihat dari atas.Photo by Widz Stoops
Ik Kil Cenote dilihat dari atas.Photo by Widz Stoops
Bangsa Maya tidak takut bahkan mendambakan kematian. Mereka percaya kematian akan membawa mereka ke suatu tempat yang lebih besar daripada kehidupan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun