"Yah, namanya juga anak kecil, dia bingung kok bisa begitu? Apa dia melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan kupu-kupu menjadi cacat? Lalu saat dia sedang mereka-reka jawabannya, sang ibu yang memang memperhatikan kejadian itu pun mencoba memberi pencerahan kepada anaknya kalau kupu-kupu itu memang seharusnya menderita dan berjuang. Justru perjuangannya itulah yang nantinya akan mendorongnya keluar dari lubang kepompong yang kecil dan lubang kecil itulah yang akan membantu melepaskan cairan dari badan dan sayapnya. Jadi pada saat keluar dari kepompong badannya akan normal, sayapnya kering mengembang. Tanpa melalui perjuangan itu kupu-kupu tidak akan pernah terbang!"
" Jadi si anak kecil yang tadinya merasa empathy pengen bantu si kupu-kupu, eh niat baiknya malah bikin kupu-kupu cacat seumur hidup yaa" Ujarku berusaha menarik kesimpulan cerita si Jenn.
" Nah, gitu dong, udah mulai pintar nih teman gue satu ini! Jadi wid ingat ya dalam hidup itu kita perlu menderita, perlu berjuang. Lewat perjuangan dan penderitaan itulah kita akan berkembang menjadi kuat, kreatif, dewasa dan berpengalaman, istilahnya kita akan punya kemampuan untuk terbang. Nah ini juga nggak beda dengan cara kita memperlakukan orang lain, baik itu anak, saudara, teman siapapun, janganlah kita langsung ber-empathy untuk cepat-cepat terjun membantu, karena kadang niat kita malah menghalangi mereka untuk bisa mandiri dan bebas!"
Aku masih termangu dengan cerita Jenn, WOW! what a story! Bayangkan betapa kejadian alam sebetulnya penuh hikmah dan juga dapat mengajarkan kita untuk tau bagaimana dan kapan ber-empathy pada tempatnya. Segala Puji Bagi Tuhan Seru Sekalian Alam. Amiinn
Wynkoop, 8.31.14