" Ih, kasihan ya si kupu-kupu" sela saya penuh Iba.
"Tuh kan.. ini nih yang gue maksud, belum apa apa udah empathy" komentar Jenn geregetan.
" Aduuh, gag kok.. udah deh cepetan terusin, dong!" Rengek saya.
" Nah, seperti elu nih wid, si anak merasa empathy ama si kupu-kupu, terus timbul ide buat bantuin si kupu-kupu keluar dari kepompong, akhirnya dia berlari mengambil gunting, dan pelan- pelan diguntinglah kepompong sedikit-demi sedikit untuk membuat lubang kepompong sedikit agak besar supaya sang kupu-kupu dapat mudah keluar "
Mendengar ini, saya hampir tak percaya dengan apa yang dilakukan si anak kecil itu, namun saya tetap mendengarkan cerita Jenn dengan seksama.
"Akhirnya si kupu-kupu memang berhasil keluar, tapi tiba-tiba si anak kecil terkejut melihat badan kupu-kupu bengkak dengan sayap yang basah, kuncup dan layu.Dia tetap memperhatikan kupu-kupu dan berharap sayapnya akan mengering, besar dan berkembang. Tapi tau gag wid apa yang terjadi?"
"Mati ya kupu-kupunya?" Tebakku dengan muka memelas.
"Mungkin kalau mati akan lebih baik, tapi yang ada si kupu-kupu menghabiskan seluruh sisa hidupnya terus merayap dengan badannya yang bengkak, sayapnya yang basah dan kuncup dan tidak akan pernah bisa terbang."
Mendengar itu dengan tidak sengaja saya menitikkan air mata.
"Ya ampun .. cuma cerita kupu-kupu aja lo langsung mewek! Kebangetan deh loh!" Jenn meledek saya.
" Bodo ah, udah lah cepet terusin lagi, terus si anak kecilnya gimana?" Tanya saya.