Bagi mereka, asalkan anak di sekolahkan, dipenuhi kebutuhannya, sudah termasuk memenuhi tanggungjawabnya. Pada dasarnya orang tua tak hanya bertanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, peran dan tugas-tugas lainnya harus mereka perhatikan, termasuk pendidikan moral, rohani, dan jasmani.
Berdasarkan realita yang ada, tidak sedikit dari orang tua yang hanya memikirkan dirinya sendiri, namun berkedok masa depan seorang anak. Contohnya ketika orang tua menginginkan anaknya menjadi dokter, ia memaksakan anak untuk melanjutkan studi di kedokteran, tanpa memikirkan passion apa yang diminati oleh anaknya.Â
Seorang anak dituntut untuk memenuhi keinginan orang tua, sehingga menjadi tekanan tersendiri bagi anak, dan tak jarang pula, banyak dari mereka yang frustasi, stress, bahkan memutuskan berhenti dari studinya. Sehingga orang tua marah dan melampiaskan kemarahannya dengan menghukum anaknya, atau bahkan menyalakan anak atas kegagalan dalam hidupnya.
Pada akhirnya seorang anak memutuskan untuk memilih jalan hidupnya sendiri, mereka mencari kebahagiaan di luar. Ketika seorang anak belum mampu memilah mana jalan yang baik dan yang buruk, akibatnya mereka jatuh pada pergaulan yang salah, hidupnya jadi tak terarah, masa depannya suram, sebab mereka tidak memperoleh pendidikan dan kebahagiaan yang layak dalam hidupnya.Â
Dapat dikatakan, bahwa penyebab minimnya pendidikan seorang anak, ataupun mereka tidak mendapatkan pendidikan sama sekali, akar utamanya adalah karena kurangnya pemahaman dan mindset negatif yang dimiliki kedua orang tua.
Dalam beberapa kasus di atas, tidak dapat dipungkiri, bahwa kegagalan seorang anak, masa depan yang buruk, bukanlah sepenuhnya kesalahan dari anak itu sendiri. Sebab, anak adalah titipan dan anugrah dari Tuhan, bukan beban ataupun malapetaka.Â
Jika orang tua memahami hal ini, ia akan lebih peduli terhadap perkembangan anak, bukan justru sebaliknya, Â tanpa mereka sadari orang tua menuntut banyak hal dari anaknya.
Seperti yang kita ketahui, norma yang ada di masyarakat Indonesia adalah seorang anak harus menghormati orang tua, patuh, nurut, dan tidak boleh membangkang terhadap apa yang diperintahkan oleh kedua orang tua, sebab, jika hal tersebut dilakukan, ia akan menjadi anak durhaka.Â
Apalagi Indonesia adalah negara beragama, agama apapun itu, pasti akan memberlakukan aturan dan norma yang sama dalam menghormati orang tua. Namun tanpa kita sadari, tidak hanya anak yang bisa durhaka terhadap orang tua, orang tua juga bisa durhaka terhadap anak, karena kebanyakan orang tua yang memperlakukan seorang anak bukan sebagai titipan dan anugrah dari Tuhan.Â
Melainkan sebagai eksploitasi, untuk memenuhi keinginan dan mencapai kebanggaan dirinya melalui seorang anak.
Oleh karena itu, mindset negatif yang dimiliki orang tua perlu dilakukan pembenahan. Sebagai orang tua harus lebih terbuka terhadap dunia, melihat fenomena, kejadian, realita yang marak terjadi, dan apa saja akibatnya jika seandainya orang tua terlalu menutup mata terhadap perkembangan, tanggungjawab, serta peran dirinya terhadap anak-anaknya.Â