Mohon tunggu...
Widi Wahyuning Tyas
Widi Wahyuning Tyas Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis kadang sama menyenangkannya dengan nonton mukbang.

Hidup terasa ringan selama masih ada sayur bayam, tempe goreng, dan sedikit sambal terasi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pailit, Bukti Kejayaan Bisa Kadaluwarsa

18 Oktober 2018   20:45 Diperbarui: 18 Oktober 2018   21:03 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://helios.heythrop.ac.uk

Tentu kamu sudah tidak asing lagi dengan teh jenis ini. Teh hijau merupakan teh yang tetap mempertahankan warna aslinya meski telah melalui berbagai tahap pemrosesan. Teh hijau terbaik biasanya berasal dari negara Jepang dan China. Teh hijau asal China memiliki rasa citrus dan warnanya lebih kuning pucat, sementara teh hijau Jepang memiliki warna yang benar-benar hijau. Teh ini merupakan teh yang paling sering digunakan sebagai senjata untuk melancarkan program diet.

3. Teh oolong

Teh jenis ini memikiki aroma dan rasa yang khas. Kandungan kafeinnya lebih sedikit dari teh hitam, namun lebih banyak dari teh hijau. Perihal rasa, bisa  dibilang teh ini memiliki rasa sedang yang tidak terlalu kuat dan tidak terlalu ringan. Biasanya, teh ini dianggap lebih ampuh untuk meluruhkan lemak-lemak jahat selepas makan berat, sehingga meskipun menyantap banyak makanan, perut tidak akan kembung jika mengonsumsi teh ini.

4. Teh putih

China, Taiwan, India, Thailand, dan Nepal merupakan beberapa negara yang mengembangkan teh jenis ini. Teh putih memiliki warna putih keperakan dari rambut tunas teh yang masih tertutup, sementara seduhannya akan berwana kuning pucat. Aroma dari teh ini sangat menyegarkan. Mirip dengan aroma bunga atau bambu. Teh ini masih cukup jarang ya di Indonesia.

5. Teh pu-erh

Teh pu-erh merupakan teh yang berasal dari kota pu-erh di provinsi Yunnan, China. Yang unik dari teh ini adalah metode fermentasinya. Selama proses fermentasi, daun teh terpapar mikroflora dan bakteri fermentasi layaknya pembuatan wine atau yoghurt. Proses penyimpanannya juga terbilang lama. Semakin lama teh disimpan, semakin berharga nilainya. Benar-benar mirip wine ya.

Selama hampir 50 tahun perjalanannya, Sariwangi telah menemani terciptanya berbagai momen dari penikmatnya. Saya jadi teringat pabrik jamu Nyonya Meneer yang kebetulan berada di daerah dekat kampus saya. Pabrik jamu raksasa itu kini bagaimana nasibnya? Dinyatakan pailit juga, dengan utang sebagai alasannya.

Kejayaan memang ada masa kadaluwarsanya. Saya malah terpikir, bagaimana nasib para karyawannya? Memang, pailit itu belum benar-benar tutup, namun dengan status ini saja sudah banyak karyawan yang demo karena gajinya belum dibayarkan selama berbulan-bulan. Saya melihat sendiri setiap pulang kuliah.

Bagaimanapun, perusahaan-perusahaan yang terancam kehilangan kejayaannya itu telah memberikan banyak penghidupan bagi karyawannya. Pada pabrik jamu Nyonya Meneer misalnya, mayoritas karyawannya adalah ibu-ibu rumah tangga. Saya bisa tebak mereka sudah bekerja disana dari masih gadis hingga telah berkeluarga. Artinya, pabrik yang kini telah dinyatakan pailit tersebut telah menjadi tumpuan, sumber pemasukan, dan saksi perjalanan hidup. Terlepas dari kekurangannya yang belum bisa memberikan gaji tepat waktu pada masa-masa sulitnya, pabrik-pabrik tersebut telah memenuhi hak karyawannya setiap bulan, hingga para buruh tak hanya menjadi pengangguran yang kesulitan memenuhi kebutuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun