Mohon tunggu...
WIDI NAUFAL
WIDI NAUFAL Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di salahsatu universitas di jatinangor

Seorang pegiat seni, memiliki minat di bidang audio dan visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Coretan Pemberontakan: Menelusuri Akar Vandalisme di Kalangan Remaja Kota Bandung

4 Juli 2024   01:07 Diperbarui: 4 Juli 2024   01:10 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vandalisme, sumber: https://warta.jogjakota.go.id/detail/index/3667

"Kami butuh lebih dari sekadar tembok legal," ungkap Kinoy. "Kami ingin suara kami benar-benar didengar dan diperhitungkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut masa depan kami."

Rasa frustasi yang diungkapkan Kinoy merefleksikan kompleksitas masalah vandalisme di Bandung. Ini bukan sekadar persoalan perilaku menyimpang, tetapi juga menyentuh isu-isu yang lebih luas seperti kesenjangan sosial, kurangnya ruang publik yang ramah remaja, hingga sistem pendidikan yang dirasa tidak akomodatif terhadap kebutuhan eksplorasi diri para remaja.

Setiawan, seorang aktivis sosial yang fokus pada isu-isu kepemudaan, melihat fenomena ini sebagai "alarm" bagi masyarakat dan pemerintah. "Vandalisme adalah simptom, bukan akar masalah," tegasnya. "Kita perlu mendengarkan apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh para remaja ini melalui coretan-coretan mereka."

Setiawan mengusulkan pendekatan yang lebih inklusif dalam menangani masalah vandalisme. "Mengapa tidak melibatkan mereka dalam proses perencanaan kota? Beri mereka kesempatan untuk berkontribusi secara positif. Dengan begitu, mereka akan merasa memiliki kota ini dan tidak lagi merasa perlu merusaknya."

Gagasan semacam ini mulai mendapat perhatian dari berbagai pihak. Beberapa komunitas di Bandung telah menginisiasi proyek-proyek kolaboratif yang melibatkan remaja dalam kegiatan-kegiatan positif, mulai dari pembersihan kota hingga perancangan taman publik.

Perdebatan yang terus menjadi tantangan

Namun, perjalanan menuju solusi yang komprehensif masih panjang. Diperlukan komitmen jangka panjang dan kerjasama lintas sektor untuk benar-benar mengatasi akar permasalahan vandalisme di kalangan remaja Bandung.

Sementara perdebatan terus berlangsung, Kinoy dan teman-temannya masih terus "berkarya" di malam-malam yang sunyi. Bagi mereka, setiap coretan adalah suara yang ingin didengar, setiap vandalisme adalah pemberontakan terhadap sistem yang mereka anggap mengekang.

Malam semakin larut di Kota Kembang. Kinoy menyelesaikan coretan terakhirnya di sebuah tembok kosong. Kali ini, ia menulis: "Dengarkan kami". Sebuah pesan sederhana namun sarat makna, mencerminkan kerinduan mendalam para remaja untuk diakui dan dipahami.

Tantangan bagi Bandung, dan mungkin juga kota-kota lain di Indonesia, adalah bagaimana mentransformasikan energi pemberontakan ini menjadi kekuatan positif yang membangun. Bagaimana mengubah vandalisme menjadi karya seni yang menginspirasi, mengubah kemarahan menjadi kreativitas, dan paling penting, bagaimana membuat para remaja merasa bahwa suara mereka didengar dan dihargai.

Perjalanan masih panjang, tetapi setiap langkah menuju pemahaman dan dialog yang lebih baik adalah langkah menuju Bandung yang lebih inklusif dan ramah bagi semua warganya, termasuk para remaja yang selama ini merasa terpinggirkan. Mungkin suatu hari nanti, coretan-coretan di tembok kota akan berganti menjadi karya seni yang membanggakan, dan suara-suara pemberontakan akan berubah menjadi inspirasi bagi perubahan positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun