Tantangan bagi Bandung, dan mungkin juga kota-kota lain di Indonesia, adalah bagaimana mentransformasikan energi pemberontakan ini menjadi kekuatan positif yang membangun. Ini bukan tugas mudah dan memerlukan komitmen jangka panjang serta kerjasama dari berbagai pihak. Diperlukan pendekatan holistik yang tidak hanya melihat vandalisme sebagai masalah keamanan dan ketertiban, tetapi juga sebagai isu sosial, pendidikan, dan bahkan ekonomi.
Pemerintah perlu mengevaluasi kembali kebijakan-kebijakan kepemudaan dan memastikan suara generasi muda benar-benar didengar dalam proses pengambilan keputusan. Lembaga pendidikan harus berperan lebih aktif dengan memikirkan ulang kurikulum dan metode pengajaran agar lebih responsif terhadap kebutuhan eksplorasi diri dan kreativitas remaja. Masyarakat secara umum juga perlu membuka diri dan memberikan ruang bagi ekspresi generasi muda, memandang mereka sebagai aset berharga dengan potensi luar biasa untuk membangun kota.
Media massa, termasuk para jurnalis, memiliki peran penting dalam membingkai narasi seputar isu vandalisme ini. Alih-alih hanya melaporkannya sebagai tindak kriminal, kita perlu menggali lebih dalam motivasi di baliknya dan menyoroti isu-isu sosial yang lebih luas yang menjadi akar masalahnya.
Vandalisme remaja di Bandung adalah wake-up call bagi kita semua untuk memikirkan ulang bagaimana kita membangun kota, mendidik generasi muda, dan menciptakan ruang-ruang publik yang inklusif dan akomodatif terhadap kebutuhan semua warga kota, termasuk para remaja.
Dengan komitmen bersama dan pendekatan yang tepat, kita bisa mengubah tantangan ini menjadi kesempatan untuk membangun Bandung yang lebih baik, lebih inklusif, dan lebih siap menghadapi masa depan. Mungkin suatu hari nanti, tembok-tembok Kota Bandung akan dihiasi bukan oleh coretan vandalisme, melainkan karya seni yang membanggakan, hasil kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan para remaja. Ketika hari itu tiba, kita bisa mengatakan bahwa kita telah berhasil mengubah pemberontakan menjadi inspirasi, kemarahan menjadi kreativitas, dan yang terpenting, kita telah berhasil menciptakan kota yang benar-benar inklusif dan ramah bagi semua warganya, termasuk mereka yang pernah merasa terpinggirkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI