Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Please! Jangan Hilangkan Rute Transjakarta Blok M-Kota

21 Desember 2024   20:29 Diperbarui: 22 Desember 2024   13:39 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepadatan penumpang MRT Jakarta di jam sibuk (foto: widikurniawan)

Pengguna setia bus Transjakarta, khususnya di koridor 1 dengan rute Blok M-Kota, harus siap-siap beralih moda transportasi. Jika rencana Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta benar-benar akan dilaksanakan, maka rute tersebut bakal dihapus.

Pasalnya, rute tersebut termasuk bersinggungan dengan jalur MRT Jakarta, dan jika nanti rute MRT Lebak Bulus-Kota selesai dikerjakan, maka jalur Transjakarta yang bersinggungan bakal dihapus. Selain rute Blok M-Kota, rute Pulogadung-Harmoni juga bakal menerima nasib yang sama.

Seperti dikabarkan di berbagai media, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta berpendapat bahwa rencana penghapusan rute tersebut bertujuan agar tidak saling tumpang tindih antarmoda transportasi umum. Layanan yang dihapus bakal dialihkan untuk mengisi kekosongan layanan di rute lainnya.

Meskipun baru wacana dan belum ada kepastian kapan bakal terealisasi, tetapi kabar tersebut memicu reaksi warga, khususnya pengguna transportasi umum di Jakarta.

Mayoritas warga menyayangkan rencana penghapusan rute paling utama di Jakarta sekaligus rute bersejarah, bahkan terbilang "legend", karena menjadi rute awal ketika layanan Transjakarta busway hadir di Jakarta.

Transkarta memasuki Terminal Blok M (foto: widikurniawan)
Transkarta memasuki Terminal Blok M (foto: widikurniawan)

Saya masih ingat betul saat pertama kali merantau di Jakarta belasan tahun yang lalu. Naik Transjakarta dari Blok M-Kota saat gabut di kos atau saat libur, menjadi cara tersendiri untuk cepat menghafalkan tempat-tempat di Jakarta. Kemudian dari Harmoni saya bisa berpindah koridor dan menyusuri tempat-tempat yang belum pernah saya singgahi.

Bayangkan cukup bayar 3500 rupiah (sepanjang tidak keluar halte) sudah bisa keliling banyak tempat di Jakarta. Artinya, layanan Transjakarta ini luar biasa memberikan manfaat bagi masyarakat baik warga lokal maupun pendatang, dan khususnya kalangan menengah ke bawah.

Rencana dihapusnya rute koridor 1 dan koridor 2 dengan alasan telah hadir MRT Jakarta di jalur yang serupa, jelas patut dipertanyakan dan wajar jika masyarakat bereaksi negatif. Justru adanya MRT hingga ke Kota bakal memperkaya dan memberikan pilihan transportasi umum bagi masyarakat.

Semakin banyak pilihan moda transportasi umum massal menandakan kian modern dan maju kota tersebut. Maka ada banyak alasan mengapa wacana penghilangan rute vital tersebut patut ditinjau kembali.

Segmen penumpang berbeda

Hadirnya MRT Jakarta beberapa tahun ini telah mampu menarik pengguna kendaraan bermotor, khususnya roda empat, untuk beralih menggunakan MRT. Moda yang terbilang nyaman, cepat, modern, jelas menjadi pilihan masuk akal bagi yang terbiasa naik mobil pribadi ketimbang beralih naik Transjakarta.

MRT Jakarta memasuki Stasiun ASEAN yang bersinggungan dengan rute Transjakarta Blok M-Kota (foto: widikurniawan)
MRT Jakarta memasuki Stasiun ASEAN yang bersinggungan dengan rute Transjakarta Blok M-Kota (foto: widikurniawan)

Sedangkan Transjakarta sejak dulu memang menjadi andalan warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi dan masih menimbang faktor ongkos murah. Selisih ongkos yang signifikan membuat orang-orang rela berdesakan saat jam sibuk, dan tentunya sadar bahwa Transjakarta tidak secepat MRT Jakarta maupun ojek online.

Hal ini menandakan ada perbedaan segmen penumpang atau kelas ekonomi di antara MRT Jakarta dan Transjakarta. Jadi jika rute Bundaran HI ke Kota sudah dibuka, MRT Jakarta dapat berharap peralihan pengguna kendaraan pribadi, bukannya "memakan" penumpang dari Transjakarta.

Titik halte dan stasiun berbeda

Meskipun bersinggungan secara rute, tetapi posisi atau titik halte Transjakarta koridor Blok M-Kota berbeda dengan keberadaan stasiun MRT Jakarta. Hal ini pula menjadi salah satu faktor penumpang memilih di antara kedua moda.

Misal, di koridor 1 ada halte Transjakarta Masjid Agung yang terletak persis di depan masjid dan kampus Al Azhar, Kebayoran Baru. Penumpang yang bekerja, sekolah, atau kuliah di dekat area tersebut tentu lebih memilih naik bus Transjakarta daripada naik MRT Jakarta dan turun di Stasiun ASEAN.

Bisa saja mereka naik MRT dan turun di Stasiun ASEAN, tapi butuh effort lebih untuk berjalan kaki ratusan meter sampai ke lokasi tujuan. Terlebih budaya mager dan "mendang-mending" memang masih melekat di masyarakat kita, dan hal seperti itu masih bisa dimaklumi.

Potensi penumpukan penumpang

Saat ini pun kepadatan MRT Jakarta sudah luar biasa di jam-jam sibuk, pagi, sore, dan malam hari. Antrean masuk saat scan pembayaran pun kerap mengular di jam-jam sibuk tersebut.

Bayangkan andai rute Transjakarta Blok M-Kota hilang dan pilihannya hanya ada MRT Jakarta. Limpahan penumpang dari Transjakarta bakal membuat MRT Jakarta lebih padat, dan tentunya kenyamanan bakal berkurang.

Risiko paling "plot twist" dari kondisi ini justru bakal membuat orang-orang yang tadinya sudah nyaman dengan MRT balik lagi menggunakan kendaraan pribadi.

Kepadatan penumpang MRT Jakarta di jam sibuk (foto: widikurniawan)
Kepadatan penumpang MRT Jakarta di jam sibuk (foto: widikurniawan)

Andai MRT gangguan, alternatif moda jadi minim

Secanggih-canggihnya MRT Jakarta, tidak luput juga dari kemungkinan adanya gangguan operasional. Beberapa waktu lalu akibat jatuhnya crane di sekitar Blok M mengakibatkan perjalanan MRT Jakarta sempat terhenti dan penumpang pun harus mencari alternatif moda lain.

Transjakarta menjadi salah satu moda alternatif andai terjadi gangguan pada MRT. Inilah salah satu keuntungan adanya dua moda transportasi massal yang bersinggungan dalam satu rute yang sama. Bukan saling merugikan, tetapi justru saling mendukung satu sama lain.

Transjakarta sebagai magnet wisata

Sesekali jalan-jalanlah naik Transjakarta rute Blok M-Kota di akhir pekan atau saat liburan sekolah akhir tahun ini. Transjakarta tak melulu berisi orang-orang berangkat dan pulang kerja, tapi mereka para wisatawan lokal yang menginginkan pengalaman jalan-jalan di Jakarta dengan biaya murah meriah.

Penumpang Transjakarta saat akhir pekan (foto: widikurniawan)
Penumpang Transjakarta saat akhir pekan (foto: widikurniawan)

Bisa jadi ada keluarga dari pinggiran Jakarta, dari Bogor atau Bekasi yang jarang ke Jakarta. Maka sekedar naik bus Transjakarta dari Kota menuju Blok M adalah hiburan yang menyenangkan. Bisa lihat Monas, bisa lewat Bundaran HI atau menyempatkan diri berfoto di halte-halte yang saat ini telah dibangun estetik dan memang diperuntukkan untuk daya tarik wisata seperti itu.

Barangkali bapak-bapak pemangku kebijakan yang mencetuskan wacana hilangnya rute Transjakarta Blok M-Kota tak pernah merasakan pengalaman membawa anak, istri, ponakan dan mertua jalan-jalan berdesakan naik bus Transjakarta hanya untuk mengagumi gedung-gedung tinggi di Jakarta dan berfoto di halte-halte keren.

Sederhana, tapi masyarakat menengah ke bawah bahagia menikmati momen seperti itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun