Secanggih-canggihnya MRT Jakarta, tidak luput juga dari kemungkinan adanya gangguan operasional. Beberapa waktu lalu akibat jatuhnya crane di sekitar Blok M mengakibatkan perjalanan MRT Jakarta sempat terhenti dan penumpang pun harus mencari alternatif moda lain.
Transjakarta menjadi salah satu moda alternatif andai terjadi gangguan pada MRT. Inilah salah satu keuntungan adanya dua moda transportasi massal yang bersinggungan dalam satu rute yang sama. Bukan saling merugikan, tetapi justru saling mendukung satu sama lain.
Transjakarta sebagai magnet wisata
Sesekali jalan-jalanlah naik Transjakarta rute Blok M-Kota di akhir pekan atau saat liburan sekolah akhir tahun ini. Transjakarta tak melulu berisi orang-orang berangkat dan pulang kerja, tapi mereka para wisatawan lokal yang menginginkan pengalaman jalan-jalan di Jakarta dengan biaya murah meriah.
Bisa jadi ada keluarga dari pinggiran Jakarta, dari Bogor atau Bekasi yang jarang ke Jakarta. Maka sekedar naik bus Transjakarta dari Kota menuju Blok M adalah hiburan yang menyenangkan. Bisa lihat Monas, bisa lewat Bundaran HI atau menyempatkan diri berfoto di halte-halte yang saat ini telah dibangun estetik dan memang diperuntukkan untuk daya tarik wisata seperti itu.
Barangkali bapak-bapak pemangku kebijakan yang mencetuskan wacana hilangnya rute Transjakarta Blok M-Kota tak pernah merasakan pengalaman membawa anak, istri, ponakan dan mertua jalan-jalan berdesakan naik bus Transjakarta hanya untuk mengagumi gedung-gedung tinggi di Jakarta dan berfoto di halte-halte keren.
Sederhana, tapi masyarakat menengah ke bawah bahagia menikmati momen seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H