Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Sampai Kapan "Kucing-kucingan" PKL dan Satpol PP di Dukuh Atas?

13 September 2024   11:12 Diperbarui: 13 September 2024   16:10 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kendaraan Satpol PP diparkir tak jauh dari lokasi PKL mangkal (foto: widikurniawan)

Pagi ini rasanya pengen sarapan pecel sayur yang dicampur dengan bihun goreng dan bakwan goreng. Biasanya saya membeli tak jauh dari Terowongan Kendal, tepatnya di sisi utara jika keluar dari Stasiun Sudirman.

Harganya cukup murah, sepuluh ribu seporsi, dan biasanya saya meminta dibungkus untuk dimakan di kantor sebelum kerja. Ya, namanya pedagang mangkal dengan bakul, tak mungkin pula bisa makan di tempat itu.

Namun, pagi ini saya mesti berjalan agak jauh mencari keberadaan ibu pecel itu. Ah, rupanya dia mangkal di depan sebuah minimarket. Agak tersembunyi di ujung deretan pedagang kaki lima (PKL) lainnya yang sama-sama tergusur dari area mangkal biasanya.

"Wah, saya nyariin ibu dari tadi, ternyata di sini."

"Iya Nak, disuruh geser, eh sampai sini," jawabnya.

Bahkan, saking tergesa-gesanya, ibu itu sampai meninggalkan bungkusan besar berisi kerupuk yang biasa ia jual di samping pecel sayur.

"Kerupuknya masih ketinggalan tuh di sono, ntar aja deh ambilnya."

Kendaraan Satpol PP diparkir tak jauh dari lokasi PKL mangkal (foto: widikurniawan)
Kendaraan Satpol PP diparkir tak jauh dari lokasi PKL mangkal (foto: widikurniawan)

Terpantau sudah dua hari ini petugas Satpol PP lebih ketat melarang PKL berjualan di area dekat Terowongan Kendal, dan area dekat ojek pangkalan (opang) mangkal.

Kini, para PKL tersebut bergeser lagi lebih ke utara dan makin menjauhi area terowongan dan sekitarnya.

Jika Kamis kemarin sebuah truk besar milik Satpol PP sengaja diparkir di dekat situ untuk berjaga, hari ini cukup mobil bak terbuka yang mejeng untuk menakut-nakuti PKL agar tidak membandel.

Kata seorang pedagang di situ, jika membandel bisa-bisa dagangannya diangkut kendaraan Satpol PP dan tentu runyam urusannya.

Memang, di kawasan transit Dukuh Atas, sebenarnya tidak diperbolehkan sebagai lokasi berjualan bagi PKL. Khususnya di area dalam Terowongan Kendal sudah ada peringatan berupa papan dan spanduk.

Papan peringatan bagi para pedagang (foto: widikurniawan)
Papan peringatan bagi para pedagang (foto: widikurniawan)

Tapi, sudah berjalan sekian lama pula ketika petugas Satpol PP dan para PKL seolah sama-sama tahu. Ya, ketika pagi sebelum petugas datang, para PKL itu seolah bebas saja berjualan di area terowongan. Tetapi begitu jam 7 pagi saat petugas datang, mereka bergeser keluar terowongan dan mangkal di sisi Jalan Blora.

Itulah mengapa PKL di area tersebut memiliki sarana berjualan yang bisa sewaktu-waktu mudah berpindah. Misalnya rak atau meja beroda, atau tas ransel berisi dagangan.

Eh, kini rupanya lebih tegas lagi, para pedagang diminta bergeser lebih ke utara.

Dari sisi kenyamanan, ketika Terowongan Kendal bersih dari PKL tentu saja memberikan kenyamanan untuk mobilitas para pejalan kaki yang sedang berjalan dari Stasiun KRL Sudirman menuju Stasiun MRT Dukuh Atas atau sebaliknya.

Jajanan yang dibutuhkan untuk sarapan dan bekal bekerja (foto: widikurniawan)
Jajanan yang dibutuhkan untuk sarapan dan bekal bekerja (foto: widikurniawan)

Namun, di sisi lain para pedagang tersebut juga menjadi andalan bagi orang-orang yang mayoritas karyawan pengguna transportasi publik. Aneka ragam makanan yang dijajakan adalah kebutuhan untuk asupan sarapan yang murah meriah dan nikmat.

Sebut saja dari mulai nasi uduk, nasi goreng bungkus, nasi ayam suwir, bihun goreng, bakso, sandwich, gorengan, dimsum, aneka kue, kerupuk, dan lain-lain.

Berbeda dengan pedagang yang difasilitasi tenda khusus, dengan label seperti "Bazar UMKM", yang menjual makanan dengan harga jual yang lebih mahal. Pedagang jenis ini saat ini difasilitasi di area dekat pintu masuk utama Stasiun MRT Dukuh Atas.

Bazar UMKM yang difasilitasi tempat tapi dengan harga jual yang lebih mahal (foto: widikurniawan)
Bazar UMKM yang difasilitasi tempat tapi dengan harga jual yang lebih mahal (foto: widikurniawan)

Memang, perlu solusi yang manusiawi untuk menangani keberadaan PKL di sekitar area transit Dukuh Atas. Tak bisa lagi tiap hari main kucing-kucingan dengan petugas perkara posisi mangkal.

Tak bisa dipungkiri, area tersebut sangat berpotensi cuan bagi para PKL. Mereka juga berkontribusi dalam geliat ekonomi, termasuk lebih maju secara pembayaran karena berjualan gorengan sebiji pun bisa dibayar menggunakan QRIS.

Bak gayung bersambut, para pengguna transportasi massal yang lalu lalang di situ juga membutuhkan keberadaan mereka.

Sisi ini sebenarnya bisa dijadikan tempat khusus bagi PKL berjualan (foto: widikurniawan)
Sisi ini sebenarnya bisa dijadikan tempat khusus bagi PKL berjualan (foto: widikurniawan)

Sebaiknya pemerintah setempat memikirkan area khusus berjualan bagi PKL. Tentu juga mempertimbangkan kenyamanan lalu lalang pejalan kaki, serta mempertimbangkan agar PKL bisa hidup mencari nafkah tanpa tercekik biaya sewa lapak.

Jika perlu tanpa sewa lapak, khususnya bagi PKL yang tak membawa gerobak atau makan tempat. Tentunya perlu pula dibuat regulasi agar keberadaan PKL bisa tertib dan tetap menjaga kebersihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun