Pagi ini rasanya pengen sarapan pecel sayur yang dicampur dengan bihun goreng dan bakwan goreng. Biasanya saya membeli tak jauh dari Terowongan Kendal, tepatnya di sisi utara jika keluar dari Stasiun Sudirman.
Harganya cukup murah, sepuluh ribu seporsi, dan biasanya saya meminta dibungkus untuk dimakan di kantor sebelum kerja. Ya, namanya pedagang mangkal dengan bakul, tak mungkin pula bisa makan di tempat itu.
Namun, pagi ini saya mesti berjalan agak jauh mencari keberadaan ibu pecel itu. Ah, rupanya dia mangkal di depan sebuah minimarket. Agak tersembunyi di ujung deretan pedagang kaki lima (PKL) lainnya yang sama-sama tergusur dari area mangkal biasanya.
"Wah, saya nyariin ibu dari tadi, ternyata di sini."
"Iya Nak, disuruh geser, eh sampai sini," jawabnya.
Bahkan, saking tergesa-gesanya, ibu itu sampai meninggalkan bungkusan besar berisi kerupuk yang biasa ia jual di samping pecel sayur.
"Kerupuknya masih ketinggalan tuh di sono, ntar aja deh ambilnya."
Terpantau sudah dua hari ini petugas Satpol PP lebih ketat melarang PKL berjualan di area dekat Terowongan Kendal, dan area dekat ojek pangkalan (opang) mangkal.
Kini, para PKL tersebut bergeser lagi lebih ke utara dan makin menjauhi area terowongan dan sekitarnya.
Jika Kamis kemarin sebuah truk besar milik Satpol PP sengaja diparkir di dekat situ untuk berjaga, hari ini cukup mobil bak terbuka yang mejeng untuk menakut-nakuti PKL agar tidak membandel.
Kata seorang pedagang di situ, jika membandel bisa-bisa dagangannya diangkut kendaraan Satpol PP dan tentu runyam urusannya.
Memang, di kawasan transit Dukuh Atas, sebenarnya tidak diperbolehkan sebagai lokasi berjualan bagi PKL. Khususnya di area dalam Terowongan Kendal sudah ada peringatan berupa papan dan spanduk.
Tapi, sudah berjalan sekian lama pula ketika petugas Satpol PP dan para PKL seolah sama-sama tahu. Ya, ketika pagi sebelum petugas datang, para PKL itu seolah bebas saja berjualan di area terowongan. Tetapi begitu jam 7 pagi saat petugas datang, mereka bergeser keluar terowongan dan mangkal di sisi Jalan Blora.
Itulah mengapa PKL di area tersebut memiliki sarana berjualan yang bisa sewaktu-waktu mudah berpindah. Misalnya rak atau meja beroda, atau tas ransel berisi dagangan.
Eh, kini rupanya lebih tegas lagi, para pedagang diminta bergeser lebih ke utara.
Dari sisi kenyamanan, ketika Terowongan Kendal bersih dari PKL tentu saja memberikan kenyamanan untuk mobilitas para pejalan kaki yang sedang berjalan dari Stasiun KRL Sudirman menuju Stasiun MRT Dukuh Atas atau sebaliknya.
Namun, di sisi lain para pedagang tersebut juga menjadi andalan bagi orang-orang yang mayoritas karyawan pengguna transportasi publik. Aneka ragam makanan yang dijajakan adalah kebutuhan untuk asupan sarapan yang murah meriah dan nikmat.
Sebut saja dari mulai nasi uduk, nasi goreng bungkus, nasi ayam suwir, bihun goreng, bakso, sandwich, gorengan, dimsum, aneka kue, kerupuk, dan lain-lain.
Berbeda dengan pedagang yang difasilitasi tenda khusus, dengan label seperti "Bazar UMKM", yang menjual makanan dengan harga jual yang lebih mahal. Pedagang jenis ini saat ini difasilitasi di area dekat pintu masuk utama Stasiun MRT Dukuh Atas.
Memang, perlu solusi yang manusiawi untuk menangani keberadaan PKL di sekitar area transit Dukuh Atas. Tak bisa lagi tiap hari main kucing-kucingan dengan petugas perkara posisi mangkal.
Tak bisa dipungkiri, area tersebut sangat berpotensi cuan bagi para PKL. Mereka juga berkontribusi dalam geliat ekonomi, termasuk lebih maju secara pembayaran karena berjualan gorengan sebiji pun bisa dibayar menggunakan QRIS.
Bak gayung bersambut, para pengguna transportasi massal yang lalu lalang di situ juga membutuhkan keberadaan mereka.
Sebaiknya pemerintah setempat memikirkan area khusus berjualan bagi PKL. Tentu juga mempertimbangkan kenyamanan lalu lalang pejalan kaki, serta mempertimbangkan agar PKL bisa hidup mencari nafkah tanpa tercekik biaya sewa lapak.
Jika perlu tanpa sewa lapak, khususnya bagi PKL yang tak membawa gerobak atau makan tempat. Tentunya perlu pula dibuat regulasi agar keberadaan PKL bisa tertib dan tetap menjaga kebersihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H