Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Terima Kasih Tim Olimpiade Indonesia, yang Nyinyir Silakan Minggir

12 Agustus 2024   16:19 Diperbarui: 12 Agustus 2024   16:30 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gregoria Mariska Tunjung (Kompas.com/ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/aww.)

Mungkin orangtua jenis ini belum terbuka matanya, belum pernah melihat dan merasakan perjuangan dari nol untuk menjadi seorang atlet. Maka dengan entengnya, ia bakal berkomentar sejenis "nggak becus" dan lainnya.

Menjadi atlet, apapun levelnya, butuh perjuangan keras, yang tidak semua orang mampu melakukannya. Demikian pula atlet Olimpiade, mereka ke Paris tidak berbekal mendaftar doang lalu boleh ikut bertanding.

Enggak bisa gitu Yura... nggak bisa dong. Memangnya lomba tujuhbelasan? Memangnya bisa modalnya rebahan doang bisa tampil di Olimpiade?

Dari 29 atlet yang berangkat ke Paris, memang tidak semuanya berhasil membawa pulang medali. Tapi bukan berarti perjuangan mereka tidak berarti.

Sebutlah Rifdha Irfanaluthfi, pesenam satu-satunya Indonesia yang berlaga di Paris. Menontonnya berlaga sungguh bikin haru.

Rifdha tetap berusaha sekuat tenaga sambil menahan rasa sakitnya karena cedera ACL yang sudah diderita sebelum laga. Sebuah penampilan yang layak diapresiasi meskipun medali tak mungkin diraih dengan kondisinya itu.

Demikian pula seorang Eko Yuli Irawan, yang gagal meraih medali angkat besi. Dengan kondisi yang tidak sepenuhnya fit, ia tetap berusaha keras membawa nama Indonesia.

Entah orang macam apa jika sampai tega nyinyir ke Pak Eko, panggilan akrab sang legenda Eko Yuli Irawan.

Komentar miring hingga pedas rupanya lebih banyak mengarah ke para atlet bulutangkis kita. Mereka yang semula banyak diharapkan, pada akhirnya gagal setelah berjuang.

Namun, tidak fair juga mengarahkan jari telunjuk ke para atlet yang gagal meraih medali. Memangnya siapa sih yang mau kalah? Nggak ada bro. Mereka juga punya hasrat untuk menang dan juara, walau ujung-ujungnya tidak semua bisa menang.

Maka, sekedar senyum dan lambaian tangan usai kekalahan, bukan berarti mereka tidak berjuang mati-matian. Belajarlah menerima kekalahan karena dalam pertandingan pasti ada yang kalah dan ada yang menang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun