Lha kalau harus puasa smartphone, ke mana pula saya mesti berpaling? Karena keberadaan koran, tabloid, dan majalah sudah hampir susah ditemukan.
Smartphone memang candu, bersifat adiktif. Tapi selagi kita menempatkan candu itu pada porsinya, saya kira tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari keberadaan smartphone.
Saat saya makan, sebisa mungkin saya tidak sambil membuka layar smartphone. Ketika saya berkendara, saya juga tidak membuka pesan atau scrolling Instagram, paling banter sih buka map atau peta untuk navigasi.
Begitu juga saat berolahraga, sebaiknya jauhkan smartphone untuk sementara waktu. Dengan demikian ada keseimbangan dalam pemakaian smartphone.
Untuk saat ini, saya adalah manusia yang memang butuh smartphone. Saya masih dalam masa produktif dan tidak memungkinkan mematikan barang sejenak smartphone saya.
Barangkali ketika masa pensiun kelak, ketika saya tidak akan merasa bersalah melewatkan pesan atau dering telepon dari kantor. Mungkin saya bisa lebih santai ketika melalui hari tanpa smartphone.
Namun, barangkali pula di masa itu nantinya, saya justru tidak akan begitu saja meninggalkan smartphone. Bisa jadi tiap hari saya menantikan smartphone saya berdering dan anak atau cucu saya muncul di layar sambil tertawa dan berbagi cerita melalui video call.
Ah, entahlah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H