Itulah salah satu dampak yang diinginkan PSSI ketika membangun sepak bola wanita secara bertahap dimulai dari level nasional dan turun lagi ke level bawah. Jika berjalan dengan baik, tentu akan lebih mudah menjaring bakat-bakat sepak bola wanita Indonesia.
Pada akhirnya stigma yang masih melekat di masyarakat kita akan terus dilawan dengan program yang baik dan prestasi yang diraih.
Tidak mudah memang, dan pastinya butuh waktu yang tidak sebentar. Buktinya saya masih mendengar ada orangtua yang seolah terkejut mendengar ada pertandingan sepak bola wanita.
"Oh, ada ya?"
Sebuah realita, tapi agak mengherankan juga di saat olahraga beregu lainnya semacam bola voli dan bola basket sudah terasa lazim dimainkan perempuan, sepak bola justru tidak demikian.
Ketika di kampung-kampung selalu ramai ketika ada voli putri, kenapa sepak bola wanita sangat jarang bahkan nyaris tidak ada?
Bola basket pun yang notabene olahraga dengan benturan fisik, tetap ramai dan marak dengan turnamen-turnamen antarsekolahan maupun klub.
Sepak bola wanita?
Sudahlah Pak, Bu, kalau anak perempuan Anda sukanya main sepak bola biarkan saja dan berikan dukungan.
Bapak, ibu Guru juga nih, kalau ada fasilitas dan membuka ekskul sepak bola atau futsal, dorong dong anak-anak perempuan untuk ikutan, jangan sampai minder duluan karena diejek teman lak-laki.
Juga teruntuk mas-mas dan adik-adik cowok, jangan rendahkan jika ada anak perempuan main bola. Memangnya kalian sejago apa main bolanya kok berani-beraninya meremehkan anak perempuan yang main bola?