Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Saat Ibu Terpisah dari Anaknya di Stasiun Manggarai

4 Juli 2024   21:40 Diperbarui: 5 Juli 2024   08:48 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kepadatan KRL Commuter Line (foto: widikurniawan)

Kereta Commuter Line dari arah Bekasi akhirnya terlihat batang hidungnya setelah penantian beberapa menit. Kereta tersebut masuk menuju peron jalur 2 di Stasiun Manggarai, menghampiri para penumpang yang sudah berjubel menanti di bibir peron.

Pagi itu, sekitar jam 8, termasuk waktu yang krusial bagi para penumpang yang rata-rata adalah pekerja kantoran. Jika tak terangkut kereta itu, bisa jadi mereka akan terlambat sampai di tempat kerja.

Sesaat kereta berhenti dan membuka pintu-pintu, penumpang di peron membentuk barisan agar aliran penumpang yang keluar dari kereta bisa lancar.

Waktu sekitar 10-15 detik biasanya cukup digunakan para penumpang yang turun. Setelah itu gantian para penumpang yang merangsek masuk ke dalam kereta. Berjejal sampai padat sepadatnya manusia di dalam kereta.

Saya menjadi satu di antara manusia-manusia yang merangsek masuk tadi. Padahal tujuan saya hanya satu stasiun setelah Manggarai, yaitu Stasiun Sudirman.

Namun, semenjak Stasiun Manggarai berubah wajah, rute langsung dari Bogor ke arah Sudirman telah tiada. Walhasil, berjuang dan bersaing saat transit ganti kereta kian menjadi sesuatu hal yang biasa bagi saya.

"Duuh, maaf saya mau turun, saya mau keluar!"

Tiba-tiba saja ada suara seorang ibu tak jauh dari saya berdiri. Rupanya ia hendak turun di Stasiun Manggarai, tapi terlambat, penumpang yang baru saja naik terlanjur memenuhi kereta.

"Gimana dong ini, tolong saya mau turun," pintanya mengiba.

Beberapa detik lagi pintu kereta akan ditutup dan hampir mustahil menyibak kepadatan penumpang yang baru saja naik. Terlebih, posisi ibu itu berada di tengah dan terjepit kepadatan, lumayan effort untuk bisa bergerak menuju pintu keluar.

"Mamiii...!!!"

Ah, teriakan dari luar kereta tiba-tiba saja semakin memanaskan suasana. Sekilas terlihat ada dua anak kecil usia SD dan seorang remaja tanggung. Ternyata mereka tadinya berombongan, tapi tiga anak itu turun kereta duluan meninggalkan ibunya yang tertahan di dalam kereta.

Si ibu makin panik dan berusaha meminta pertolongan orang-orang di sekitarnya. Tapi apa mau dikata, tidak mungkin juga mengganjal pintu kereta agar tetap terbuka dan menunda perjalanan.

Dampaknya bisa merembet ke jadwal perjalanan kereta lain di belakangnya.

Akhirnya, si ibu itu pun terbawa lagi dalam perjalanan. Saya dan orang-orang di sekitarnya mencoba memberikan penjelasan agar si ibu tenang dan nanti ikut turun di Stasiun Sudirman.

"Ibu nanti turun di Sudirman, nyeberang peron lalu ikut lagi kereta yang ke arah Manggarai," ucap saya.

Meskipun belum sepenuhnya tenang, si ibu itu dapat menerima penjelasan itu dan ikut bersiap turun di Stasiun Sudirman.

Kepadatan di dalam Commuter Line (foto: widikurniawan)
Kepadatan di dalam Commuter Line (foto: widikurniawan)

Kejadian semacam ini memang berpotensi terjadi di jam sibuk. Terlebih bagi penumpang yang jarang naik Commuter Line.

Nah, kebetulan pekan-pekan ini masih dalam suasana liburan panjang sekolah. Transportasi massal seperti KRL Commuter Line dan MRT Jakarta belakangan lebih ramai oleh penumpang musiman.

Mereka biasanya keluarga yang membawa anak-anak, atau remaja usia sekolah yang berombongan dengan teman-temannya.

Menjadi masalah jika penumpang musiman itu tidak bisa menyesuaikan diri dengan situasi kepadatan saat jam sibuk karena harus bersaing dengan penumpang harian.

Usai drama ibu yang terpisah dengan anaknya di Stasiun Manggarai, pada sore harinya saat jam sibuk pulang kerja, kembali saya disuguhi pemandangan yang kurang nyaman.

Sekitar jam 17-an, Stasiun Sudirman tentu saja tidak akan sepi di jam tersebut. Lautan penumpang yang menunggu di peron sempit pun menjadi pemandangan biasa bagi penumpang harian.

Namun, bagi bapak yang menggendong anak perempuan kecilnya itu, perjuangan untuk bisa naik kereta sungguhlah tidak mudah. Sempat ia mencoba memaksa, tapi orang-orang yang sudah berjubel hingga pintu tak memberinya ruang.

"Pak! Pak, sudah Pak! Jangan memaksa! Nunggu kereta selanjutnya aja!" teriak para penumpang lainnya.

Seorang bapak yang berusaha naik KRL dengan menggendong anaknya (foto: widikurniawan)
Seorang bapak yang berusaha naik KRL dengan menggendong anaknya (foto: widikurniawan)

Sementara di waktu yang nyaris bersamaan, hanya berjarak 3 meter dari bapak tadi, rombongan 3 orang emak dan 5 orang anak usia SD tampak sibuk berkeluh kesah karena sedari tadi gagal untuk masuk ke dalam kereta.

"Apa kita balik ke Tanah Abang aja ya?" tanya salah satu emak.

"Ngapain? Di sana juga padet sama aja," ujar emak lainnya.

Melihat mereka yang kebingungan, saya pun tergerak untuk menyarankan agar mereka bergeser ke bagian paling ujung peron.

"Bu, ke ujung sana aja Bu, biasanya gerbongnya lebih longgar kalau di ujung depan," kata saya.

Untungnya mereka ikuti saran saya, karena memang di Stasiun Sudirman, kereta yang datang dari arah Tanah Abang lebih cenderung longgar di gerbong paling depan. Jadi bakal lebih mudah bagi mereka yang membawa anak-anak untuk naik.

Kenapa bisa begitu? Ya karena di gerbong ujung belakang hingga tengah selalu dipadati penumpang yang bakal turun transit di Stasiun Manggarai dan mereka ini banyak yang mengharapkan lebih dekat dengan posisi tangga atau elevator saat mereka turun.

Penumpang yang membawa anak-anak (foto: widikurniawan)
Penumpang yang membawa anak-anak (foto: widikurniawan)

Begitulah situasi Commuter Line Jabodetabek di masa liburan panjang sekolah kali ini. Maka dari itu sebaiknya bagi penumpang musiman, dapat merencanakan perjalanan dengan lebih baik.

Pilihlah waktu keberangkatan yang tidak terlalu pagi atau hindari berbarengan dengan para pekerja berangkat. Sebaiknya memilih keberangkatan Commuter Line di atas jam 9 pagi dan pulang sebelum jam 15 sore hari.

Memang terbatas waktunya, tapi jika tetap memaksakan diri naik Commuter Line di jam sibuk dengan membawa keluarga dan anak kecil, maka banyak risikonya. Dari mulai risiko susah naik, susah turun, nyasar, terbawa kereta, hingga risiko fisik seperti tergencet penumpang lain.

Berhati-hatilah membawa barang bawaan karena kemungkinan terjadi kejahatan juga sangat besar. Serta yang terpenting, jangan sampai terpisah dari keluarga Anda. Perhatikan di mana Anda akan turun dan bersiaplah sedekat mungkin dengan pintu kereta jika akan turun.

Pastikan juga seluruh keluarga atau rombongan Anda paham dan tahu di stasiun mana akan turun. Hal itu untuk menghindari kejadian terpisah dengan rombongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun