Menjadi masalah jika penumpang musiman itu tidak bisa menyesuaikan diri dengan situasi kepadatan saat jam sibuk karena harus bersaing dengan penumpang harian.
Usai drama ibu yang terpisah dengan anaknya di Stasiun Manggarai, pada sore harinya saat jam sibuk pulang kerja, kembali saya disuguhi pemandangan yang kurang nyaman.
Sekitar jam 17-an, Stasiun Sudirman tentu saja tidak akan sepi di jam tersebut. Lautan penumpang yang menunggu di peron sempit pun menjadi pemandangan biasa bagi penumpang harian.
Namun, bagi bapak yang menggendong anak perempuan kecilnya itu, perjuangan untuk bisa naik kereta sungguhlah tidak mudah. Sempat ia mencoba memaksa, tapi orang-orang yang sudah berjubel hingga pintu tak memberinya ruang.
"Pak! Pak, sudah Pak! Jangan memaksa! Nunggu kereta selanjutnya aja!" teriak para penumpang lainnya.
Sementara di waktu yang nyaris bersamaan, hanya berjarak 3 meter dari bapak tadi, rombongan 3 orang emak dan 5 orang anak usia SD tampak sibuk berkeluh kesah karena sedari tadi gagal untuk masuk ke dalam kereta.
"Apa kita balik ke Tanah Abang aja ya?" tanya salah satu emak.
"Ngapain? Di sana juga padet sama aja," ujar emak lainnya.
Melihat mereka yang kebingungan, saya pun tergerak untuk menyarankan agar mereka bergeser ke bagian paling ujung peron.
"Bu, ke ujung sana aja Bu, biasanya gerbongnya lebih longgar kalau di ujung depan," kata saya.