Saya pun memesan 1 porsi sate ayam lengkap dengan lontongnya. Berbeda dengan lontong tradisional yang menggunakan bungkus daun, lontong sate ayam pikulan ini cukup dibalut dengan plastik. Ya, namanya juga biar cepat dan praktis.
Tanpa menunggu lama, seporsi sate lontong yang disajikan dalam pincuk kertas makan itu pun tersaji. Seporsi isinya 10 tusuk sate, ditambah dengan irisan lontong serta guyuran sambal kacang dan kecap.
Sambal kacangnya begitu halus, cenderung encer dan manis. Mirip cita rasa sate ayam Madura yang tersohor.
"Asli Madura ya Pak?" tanya saya.
"Bukan Pak, saya mah asli Bogor. Jadi ini bukan sate Madura meskipun kata orang mirip, sate Bogor gitu lah kira-kira," ucap si bapak penjual.
Dia kemudian bercerita mulai jualan dari jam enam pagi sampai siang atau sehabisnya.
"Kalau Minggu pagi gini ramai orang olah raga, Sabtu juga lumayan," ujarnya.
Selanjutnya ia juga berjualan dari sore hingga larut malam. Berharap pada orang-orang yang nongkrong atau yang jalan-jalan menghabiskan malam.
Terbukti, jalan-jalan pun tak harus menguras kantong dalam-dalam. Tak harus belok ke restoran atau kafe yang mahal untuk membuat perut kenyang sekaligus mendapat sensasi yang berbeda.