Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jalur Sepeda di Jakarta, Sudah Terlambat Puluhan Tahun?

13 Mei 2024   21:25 Diperbarui: 14 Mei 2024   09:00 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang kopi "Starling" dengan sepedanya (foto: widikurniawan)

Sekitar 2 tahun lalu saya masih bisa bertemu orang yang menyempatkan diri berangkat kerja naik sepeda tiap hari Jumat dari Depok ke Jakarta. Sekarang? Orang-orang itu sudah menyerah rupanya.

Tiap akhir pekan di Jakarta, memang masih banyak pesepeda yang memanfaatkan lengangnya jalanan Jakarta. Tapi mereka adalah pehobi sepeda, belum tentu kalangan yang naik sepeda untuk berangkat dan pulang kerja.

Pesepeda enggan masuk jalur sepeda (foto: widikurniawan)
Pesepeda enggan masuk jalur sepeda (foto: widikurniawan)

Bahkan jika diperhatikan, masih banyak pesepeda akhir pekan yang enggan menggunakan jalur sepeda. Banyaklah alasannya, termasuk soal jenis sepeda mereka adalah road bike yang harus cepat dan justru membahayakan kalau masuk jalur sepeda yang sempit.

Lalu, apakah kalangan bike to work sudah menghilang di Jakarta. Oh tentu masih ada, tapi ya kian jarang terlihat. Salut bagi mereka yang hingga kini masih bisa terus eksis bersepeda ke tempat kerjanya.

Jakarta sebenarnya sudah menerapkan dan memfasilitasi pesepeda termasuk integrasi dengan transportasi massal. Ambil contoh di stasiun MRT dan KRL sudah tersedia tempat-tempat parkir khusus sepeda.

Konsepnya sih, dari rumah naik sepeda, sampai stasiun naik KRL/MRT, dan sampai stasiun tujuan lanjut lagi bersepeda. Tapi apa mau dikata, penumpang yang menenteng sepeda lipat naik KRL pasti bakal kesulitan saat naik di jam sibuk.

Kepadatan transportasi massal ini kerap di luar nalar dan tentu orang biasa tak akan sanggup naik sambil bawa sepeda lipat. Hanya mereka yang benar-benar kuat, baik fisik dan mental, yang sanggup bike to work dengan cara demikian.

Fasilitas parkir sepeda di dekat Stasiun MRT ASEAN, nyaris tiap hari terlihat kosong tak digunakan (foto: widikurniawan)
Fasilitas parkir sepeda di dekat Stasiun MRT ASEAN, nyaris tiap hari terlihat kosong tak digunakan (foto: widikurniawan)

Mungkin di negara lain, di kota besar dunia yang sudah tertata dan tertib, hal itu sudah bisa diterapkan dengan baik. Tapi ini Jakarta bung, jalanannya selalu macet dan transportasi massalnya seolah selalu kurang kapasitasnya.

Ada pula yang berharap di Jakarta tersedia layanan sewa sepeda di dekat titik-titik transit yang berdekatan dengan halte atau stasiun. Jadi penumpang transportasi massal tinggal turun dari kereta atau bus lalu lanjut ke tujuan menggunakan sepeda yang tersedia. Praktis tak perlu nenteng sepeda lipat ke dalam kereta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun