Fenomena modifikasi kendaraan di kalangan anak muda, khususnya remaja, bisa jadi karena terpengaruh faktor lingkungan. Ada keinginan untuk bisa diterima di kelompoknya, maka seseorang pun berupaya untuk mengikutinya.Â
Muncul rasa kepuasan diri, terlihat keren dan gagah karena merasa menjadi pusat perhatian. Padahal bisa saja yang melihat merasa eneg dan jengkel.Â
Knalpot racing atau knalpot brong, laku karena penggunanya berada di fase pencarian jati diri. Itulah yang saya rasakan dulu saat remaja.Â
Setelah Era Bapak-bapak Datang, Restorasi adalah Pilihan
Bertahun-tahun kemudian, soal sepeda motor saya melihatnya dari sisi yang berbeda dengan saat remaja dulu.
Kebetulan, bapak mertua saya mempercayakan sepeda motor Honda Astrea Grand tahun 1991 kepada saya. Motor kenangan katanya, jadi sayang jika dijual, lebih baik diurus anak dan menantunya.Â
Baiklah, kebetulan juga sepeda motor itu sejenis dengan motor saya dulu yang sudah dijual, walau beda tahun. Kondisi mesin masih bagus walau sempat tidak pernah dipakai selama setahun.Â
Sedangkan tampilannya sudah berbeda dari aslinya karena sempat rusak akibat pemakaian. Seperti sayap atau tebeng yang berubah jadi warna hitam, karena aslinya yang warna putih pecah.Â
Juga jok yang pernah diganti dan juga spion yang sudah beda jauh dari aslinya.Â
Melihat kondisi sepeda motor dari mertua saya, akhirnya saya memutuskan untuk mulai membangun ulang sepeda motor itu kembali mendekati bentuk aslinya. Istilahnya restorasi sepeda motor.Â
Berbeda dengan modifikasi era remaja dulu yang lebih ke arah mempreteli bagian-bagian kendaraan, restorasi ini justru kebalikannya. Kalau belum kembali mirip asli keluaran pabriknya, rasanya belum puas.Â