Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Merencanakan Malam Tahun Baru 2024 dengan... Tidur

30 Desember 2023   23:10 Diperbarui: 30 Desember 2023   23:15 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membakar kembang api, sama dengan membakar uang? (foto: Pexels.com/Tairon Fernandez)

Sudah punya resolusi untuk tahun 2024? Kalau sudah ya syukur, kalau belum atau masih bingung ya nggak papa.

Saya termasuk yang rada malas memikirkan resolusi tiap tahunnya. Bahkan bagi saya, resoles lebih menarik dibandingkan resolusi. Apalagi disantap sambil ngopi.

Jelang akhir tahun 2023, banyak orang bersiap merayakan malam pergantian tahun. Bahkan ada orang yang dua hari ini sengaja tidak keluar rumah dan lebih banyak tidur, mungkin biar pas malam tahun baru bisa awet melek karena tidurnya sudah dirapel.

Sedangkan bagi saya, malam tahun baru tidaklah terlalu penting dinanti-nanti. Saya juga kurang cocok dengan konsep bakar-bakar menanti pergantian tahun. Entah itu bakar jagung, bakar ikan, bakar sate, bakar petasan, bakar kembang api. Intinya sama saja, duit kitalah yang sebenarnya dibakar.

Ah, kan cuma setahun sekali. Sombong amat, kalau kata Bang Mandra.

Ya gimana ya? Dulu sewaktu masih remaja dan labil, saya juga kerap terbawa euforia malam tahun baru. Tapi apa dikata, malam tahun baru kerapkali menyisakan momen tidak memuaskan dan tidak sesuai ekspektasi.

Dulu, saya pernah diajak kawan-kawan berkendara sepeda motor ke Pantai Parangtritis untuk merayakan tahun baru. Katanya ramai dan seru.

Namun, apa boleh buat. Sekitar 3 kilometer sebelum pantai, jalanan sudah macet cet. Kendaraan apapun sudah tidak bisa bergerak.

Padahal saat itu waktu sudah menjelang jam 12 malam. Akhirnya kami pun mengalami pergantian tahun di jalanan yang macet. Apes nian. Malam tahun baru diwarnai bisingnya klakson, bukan suara petasan dan kembang api.

Belajar dari pengalaman, tahun-tahun berikutnya saya enggan merayakan tahun baru di tempat wisata atau pusat keramaian lainnya. Tapi masih ayo aja kalau ada yang ngajak nongkrong sambil bakar-bakar.

Tapi apa yang terjadi setelah itu? Ya, saya kerap pusing saat bangun tidur yang cuma sejenak. Badan pun terasa rontok jadinya.

Ternyata tahun baru suasananya masih sama saja dengan tahun sebelumnya. Nengok dompet atau cek saldo tabungan, justru terasa miris. Awal tahun yang sekaligus awal bulan biasanya diwarnai auto debet bagi yang punya kredit atau pinjaman. Belum lagi tagihan-tagihan lain seperti bayar SPP, bayar itu, bayar ini dan bayar lainnya.

Itu fakta bahwa tahun baru tidak serta merta nasib berubah baru. Resolusi ingin jadi tajir melintir pun tidak serta merta terwujud di hari pertama tahun baru. Perlu usaha dan kerja keras, gaes.

Bahkan menu sarapan di hari pertama tahun baru biasanya adalah sisa semalam (yang bisa dikatakan juga sebagai makanan tahun lalu). Mau nyari sarapan di luar rumah?

Pastinya jarang ada yang buka. Tukang bubur ayam, warung soto, abang nasi kuning, penjual ketupat sayur, dan temen-temennya biasanya masih molor akibat begadang semalaman.

Penjual ketupat sayur (foto: widikurniawan)
Penjual ketupat sayur (foto: widikurniawan)

Kalaupun nggak molor, mungkin para penjual sarapan itu di grup WA-nya sudah kompakan untuk tidak buka karena menganggap konsumen-lah yang banyak molor sampai siang.

Ah, dunia memang serba saling memprediksi. Ibarat pendukung MU bikin prediksi tsunami trofi tapi hasilnya jauh dari kenyataan.

--

Tahun baru, kata orang-orang juga berarti membuka lembaran baru. Bah.

Saya sih lebih suka lembaran biru dan lembaran merah dibandingkan lembaran baru. Tahun baru bukan seperti kita membeli sepeda baru, yang sudah pasti kondisinya gres, warnanya kinclong dan enak dikendarai. Faktanya, sepeda lama yang masih kita miliki tak berubah jadi baru gara-gara kalender berganti.

Bukan berarti saya pesimis atau sinis menghadapi kemungkinan hal-hal baru. Oh tidak, saya mencoba realistis saja.

Tanggal 1 Januari 2024, cobalah tengok jalanan rusak atau berlubang di daerah kalian. Apa tiba-tiba sudah jadi mulus lagi?

Ah, mana mungkin?

Justru ketika jalanan berlubang dan tak ada perbaikan hingga tahun berganti, artinya kita harus menunggu lebih lama lagi agar pemerintah setempat sudah punya anggaran untuk memperbaikinya.

Dan untuk sementara (yang biasanya lama), silakan berhati-hati saat berkendara agar tidak terjeblos jalanan rusak dan berlubang.

Jalan berlubang yang selalu awet (foto: widikurniawan)
Jalan berlubang yang selalu awet (foto: widikurniawan)

Soal menghabiskan malam pergantian tahun, mungkin banyak yang tidak sepakat dengan saya. Terutama anak-anak muda. Kata mereka, mana asyik tahun baruan kok malah tidur?

Sah-sah saja sih. Ngumpul-ngumpul saat malam tahun baru bersama teman atau keluarga, setidaknya bisa mempererat silaturahmi.

Mungkin dengan ngumpul bareng bakal muncul ide-ide atau gagasan baru. Muncul pula rencana baru di tahun yang baru. Soal ide dan rencana itu tidak terealisasikan kemudian, dan berakhir menjadi sekedar wacana, itu soal belakangan. Namanya juga bahan obrolan, ya nggak ya?

Menghadapi tahun baru, bagi saya let it flow saja. Biarkan mengalir disertai usaha-usaha semaksimal mungkin dan tidak ngoyo.

Bukan berarti saya tidak punya mimpi. Jelas, sudah pasti, fix, harus punya mimpi.

Maka dari itu di malam tahun baru saya sudah punya rencana kegiatan yang bisa segera mempercepat untuk meraih mimpi. Tak lain dan tak bukan adalah: tidur. Karena hanya dengan tidur, kita akan punya mimpi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun