Ada pula momen agak ngeri-ngeri sedap lainnya, saat saya dan serombongan penumpang hendak turun dari KRL untuk transit di Stasiun Manggarai. Ketika pintu KRL terbuka, ternyata di depan pintu sudah bersiap seorang anak kecil yang digandeng bapaknya hendak merangsek masuk ke dalam kereta.
Saya spontan memberi isyarat kepada orang-orang itu agar memberikan ruang dulu pada penumpang yang hendak turun. Jika tidak, bisa-bisa anak itu bakal terjatuh tertabrak karena rombongan penumpang yang turun adalah orang-orang dewasa yang terbiasa buru-buru.
Dalam kondisi serupa di hari biasa, penumpang harian sudah terbiasa tertib untuk memberikan ruang agar penumpang KRL yang turun tidak bertubrukan dengan yang akan naik.
Soal tata tertib memang kadang ada yang tak tertulis dan bakal bisa dilakukan berdasarkan pengalaman. Tetapi ada pula tata tertib yang sudah tertulis dan dipasang penanda, dan sayangnya tidak semua orang bisa tahu serta paham karena tidak memperhatikan dengan baik.
Ambil contoh ketika banyak penumpang liburan tidak memperhatikan tanda sebelum naik eskalator, sehingga tak sedikit yang sengaja berdiri di sisi kanan sehingga menghalangi penumpang lain yang terburu-buru dan hendak mendahului.
Mungkin bagi sebagian orang, aturan seperti itu seolah sepele dan mengada-ada, tetapi memang ada manfaatnya demi ketertiban bersama di ruang publik. Bagi orang tua yang membawa anak, mengedukasi aturan-aturan di transportasi umum seharusnya menjadi kewajiban.
Terlebih bagi anak usia sekolah. Tidak seharusnya orang tua berlindung pada alasan klasik "namanya juga anak-anak" ketika melakukan pembiaran terhadap kelakuan absurd anak-anak di transportasi umum.
Menjaga anak dalam pengawasan setiap saat juga menjadi hal utama yang mesti dilakukan. Area stasiun bisa dikatakan memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan. Orang dewasa saja bisa celaka jika tak waspada, apalagi anak kecil.