RTH ini terbilang keren dan asri, dengan pepohonan rindang di beberapa titik serta pemandangan ke arah danau atau Situ Citatah. Sebagai RTH, tempat ini bisa menjadi destinasi wisata keluarga yang murah meriah dan bahkan gratis, kecuali hanya perlu keluar ongkos parkir dan jajan seperlunya.
Menurut informasi dari salah seorang pengunjung, alun-alun Cirimekar ramai dikunjungi warga di saat akhir pekan, terutama Sabtu pagi dan Minggu pagi. Saya saat itu memang datang di hari Minggu, tapi siang menjelang sore.
Pengunjung di siang hari memang relatif sepi, tapi di kala musim hujan yang kerap mendung, suasana saat itu masih terbilang nyaman, terutama ketika duduk-duduk di bawah pepohonan.
Alun-alun Cirimekar memang dibuat sebagai RTH dan ruang publik yang diperuntukkan bagi masyarakat segala kalangan. Hanya saja, soal kedisiplinan pengunjung membuang sampah patut menjadi perhatian. Sampah adalah soal klasik.
Saya yang datang di saat sepi, mendapati jejak-jejak ketidakdisiplinan dalam membuang sampah meskipun di berbagai titik sudah disediakan tempat sampah. Saya yakin petugas kebersihan telah bekerja semaksimal mungkin dan luar biasa hebat, buktinya kantong-kantong besar berisi sampah tinggal menunggu diangkut ke pembuangan akhir.
Masalahnya, setelah itu masih muncul lagi sampah-sampah yang berceceran. Bisa jadi itu ulah segelintir pengunjung yang datang setelah petugas kebersihan selesai bekerja di pagi hari.
Umumnya berupa sampah bekas kemasan makanan dan minuman. Mereka jajan di PKL yang memang disediakan tempat mangkal di luar RTH. Ketika selesai makan atau minum sambil duduk-duduk, bukannya dibuang di tempat sampah tetapi justru ditinggal begitu saja di tempat duduk mereka.