Beragam produk UMKM lokal turut meramaikan ajang tersebut, dari produk olahan makanan, minuman, fashion, hingga produk ekonomi kreatif lainnya. Tetapi satu kesamaan yang terlihat di antara stan-stan tersebut adalah keberadaan tanda kode QR untuk pembayaran yang kita kenal sebagai QRIS, sebuah cara pembayaran kekinian yang praktis.
Artinya, penyelenggara ajang ini sadar betul sekaligus optimis bahwa siapapun pembelinya, baik warga lokal ataupun asing, tidak akan berkeberatan dan gagap andai diminta melakukan pembayaran melalui QRIS.
Konektivitas pembayaran di kawasan melalui QRIS Cross-Border
Membincangkan QRIS, berarti pula membincangkan sebuah sistem pembayaran digital yang memiliki akselerasi tinggi dalam hal jumlah merchant maupun pengguna.
Data dari PT Penyelesaian Transaksi Elektronik Nasional (PTEN) yang dilansir Bank Indonesia (BI), menyebutkan hingga Maret 2023 terdapat 25,4 juta merchant QRIS. Sedangkan pengguna QRIS hingga Maret 2023 telah mencapai 32,41 pengguna.
BI pun telah berupaya menggandeng bank sentral di negara-negara ASEAN untuk konektivitas pembayaran antar negara dengan QRIS. BI menginisiasi QRIS Cross-Border dengan tahap awal berupa uji coba di Malaysia dan Thailand yang memungkinkan terjadinya transaksi pembayaran barang dan jasa melalui QR Code.
Terhubungnya sistem pembayaran melalui QRIS Cross-Border, tak lain dan tak bukan adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia serta kawasan ASEAN. Khususnya lewat perdagangan antarnegara dengan UMKM sebagai ujung tombaknya.
Pembeli tak akan bingung lagi saat melakukan pembayaran kepada pedagang atau penjual yang berasal dari negara seperti Malaysia atau Thailand, misalnya. Seperti halnya ketika saya membeli teh tarik dari pedagang Malaysia.
Demikian pula dari sisi pedagang atau UMKM. QRIS Cross-Border memberikan kemudahan untuk meningkatkan efisiensi transaksi dan memperluas peluang bagi produk yang ditawarkan untuk bisa terjual lebih banyak.