Ya, bagi mereka yang mulai membangun kehidupan dengan bekerja di Jakarta, mencari hunian di daerah penyangga dengan kemudahan akses menuju stasiun kereta menjadi pilihan terbaik.
Para penglaju atau kaum urban yang menghadapi masalah kian mahalnya harga tanah dan rumah di Jakarta, menemukan solusi terbaik dengan keberadaan transportasi massal berbasis rel. Daerah-daerah penyangga Jakarta pun turut berkembang pesat dari tahun ke tahun.
Tengoklah suasana di dalam Commuter Line di kala jam sibuk ketika orang-orang berangkat kerja, kuliah, maupun sekolah. Wajah-wajah bersemangat, berbaur dengan wajah-wajah lelah. Meski demikian, tujuan mereka sama, mencari penghidupan yang lebih baik.
Ada yang terlihat duduk terlelap, bahkan sampai mengeluarkan suara dengkuran. Tak ada yang protes dengan hal itu. Sesama penumpang Commuter Line pastinya mengerti dan memahami betapa melelahkannya menjadi pekerja penglaju.
Ada pula lansia yang membawa tongkat bantu jalan yang tetap bersemangat dan yakin bahwa Commuter Line bakal membawanya sampai tempat tujuan dengan selamat. Keterbatasan fisik bukan menjadi halangan bagi lansia tersebut untuk naik Commuter Line.
Sesama penumpang dan tentunya petugas di stasiun, akan sigap membantu siapapun yang membutuhkan uluran tangan. Termasuk kalangan lansia, penyandang disabilitas, ibu hamil, dan mereka yang sedang tidak sehat.
Kerap kali saya menerima senyum dan sapa dari sesama penumpang. Meskipun kami tak saling kenal, ketika saya menawarkan atau membantu mencarikan tempat duduk kepada mereka yang membutuhkan, sekedar ucapan terima kasih dan senyum kecil seolah menjadi balasan yang membahagiakan.
Tak terhitung pula kejadian-kejadian menarik dan tak terduga yang saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Terkadang memancing senyum, tak jarang pula memicu rasa haru.
Ambil contoh ketika seorang ibu yang tengah berada dalam perjalanan pulang naik Commuter Line tampak melakukan video call dengan anaknya yang berada di rumah. Si ibu dengan sabar membantu anaknya saat kesulitan mengerjakan PR.
"Coba sambil dibaca lagi bukunya Nak, sepertinya jawabanmu belum lengkap deh. Setengah jam lagi ibu datang, nanti kita lihat bareng-bareng lagi ya?"