Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lho, Masih di Pesawat Kok Order Taksi Online?

27 Juli 2023   20:37 Diperbarui: 28 Juli 2023   13:23 1899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi di depan Stasiun Sudirman di pagi hari (foto by widikurniawan)

Taksi online yang saya pesan akhirnya datang setelah menunggu sekitar 10 menit. Saya menunggu di titik penjemputan resmi terminal 2 kedatangan di Bandara Soekarno-Hatta. Selain di titik tersebut, taksi online tidak diperkenankan mengambil penumpang

"Selamat malam Pak," sapa driver muda itu, sopan.

"Selamat malam," jawab saya.

"Maaf Pak, tadi saya nelpon Bapak untuk konfirmasi apakah Bapak memang sudah berada di titik penjemputan atau belum, soalnya tempat kami nunggu orderan lumayan agak jauh Pak," ujar driver.

Rupanya saya cukup beruntung mendapatkan driver yang cukup ramah dan mau membuka obrolan. Perjalanan kira-kira 2 jam menuju rumah pun tak akan terasa garing dan membosankan.

Ia kemudian bercerita bahwa banyak pemesan taksi online yang semaunya sendiri dan tidak memperhitungkan sisi kerepotan pengemudi. Terlebih ia membawa taksi khusus layanan Bandara yang memang aturannya lebih ketat.

Pada saat driver tersebut menelepon sebelumnya, ia menanyakan di mana posisi saya, apakah sudah turun dari pesawat atau belum, serta menanyakan apakah saya membawa barang di bagasi atau tidak.

"Kalau Bapak membawa bagasi dan masih menunggu bagasi, berarti saya nahan dulu, kalau kecepetan jemput Bapak dan nunggu di titik tadi kelamaan, saya bisa diusir security," ucapnya.

"Oh gitu?"

"Iya, seringnya gitu sih, banyak yang masih nunggu bagasi lama, eh udah order taksi, jadinya kami kan serba salah karena nggak boleh nunggu lama di titik jemput," ujarnya lagi.

Saya bisa memahami keluhannya. Memang di titik jemput area terminal kedatangan di Terminal 2 Bandara Soetta situasinya teramat ramai. Selain titik jemput khusus taksi online, di situ juga ramai oleh antrian taksi reguler, mobil sewa dan kendaraan lainnya.

"Penumpang order dari dalam pesawat juga banyak Pak, hehe."

Saya mendengarnya sambil nyengir. Bukan berarti pesawat masih di udara penumpangnya sudah order taksi lho ya. Tapi ketika pesawat sudah mendarat dan masih menunggu berhenti sempurna serta menanti pintu pesawat dibuka, rupanya ada saja penumpang yang tak sabaran untuk segera membuka ponsel dan melakukan order taksi online.

Padahal dari proses beberes setelah pesawat mendarat, kemudian jalan kaki menuju terminal kedatangan, bisa membutuhkan waktu sekitar setengah jam sendiri. Apalagi jika si penumpang masih mampir ke toilet dan menunggu bagasi.

Macet dan semrawut, itulah yang bakal terjadi jika tidak ada pengaturan soal waktu tunggu di area penjemputan. Terlebih jika banyak penumpang melakukan pemesanan taksi online jauh sebelum berada di titik penjemputan. 

Jika sampai sebuah taksi online menunggu terlalu lama, maka risikonya ia bakal disuruh jalan oleh petugas. Kalau itu terjadi, maka mau tidak mau si driver bakal jalan memutar jauh untuk bisa kembali lagi ke titik tersebut.

Kondisi itu pastinya dipicu keengganan penumpang untuk menunggu lama saat sudah berada di titik penjemputan. Maunya begitu sampai di titik jemput, mobil sudah tersedia. 

Ah, egois dan manja sekali manusia-manusia jenis ini. Maunya ditunggu, tak mau menunggu. 

Kejadian serupa tak hanya terjadi di area Bandara saja, bahkan penumpang KRL Commuter Line pun kerapkali melakukannya. 

"Halo Pak, iya Pak saya masih di kereta, bentar lagi nyampai, Bapak nunggu di mana ya?" kalimat begini pernah saya dengar ketika kereta sedang menuju Stasiun Sudirman di pagi hari. 

Juga orang-orang yang terlihat sibuk order ojek online meskipun jaraknya masih jauh. Mungkin maunya "sat-set" keluar stasiun langsung lanjut ngojek, karena berangkat kerja di pagi hari memang butuh kecepatan dan efisiensi waktu. 

Situasi di depan Stasiun Sudirman di pagi hari (foto by widikurniawan)
Situasi di depan Stasiun Sudirman di pagi hari (foto by widikurniawan)

Namun, sekali lagi hal begini bisa berimbas pada menumpuknya para pengemudi ojek online di depan stasiun, seperti halnya Stasiun Sudirman di pagi hari. 

Puluhan ojek online bisa menumpuk gara-gara lama menunggu penumpang yang tak kunjung nongol. Kendaraan lain pun bakal tersendat ketika hendak lewat. Demikian pula pejalan kaki lainnya yang kerap terganggu karenanya. 

Well, selain itu, membuat driver taksi online atau ojek online menunggu terlalu lama sesungguhnya juga merugikan mereka. Banyak waktu terbuang gara-gara menunggu penumpang yang tak kunjung datang, terpangkas pula waktu yang seharusnya bisa mereka manfaatkan untuk mendapatkan penumpang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun