Namun, jika diperhatikan lagi, permainan mereka terlalu berlebihan. Untuk berpegangan tangan dan bergelantungan di besi itu mereka harus berdiri naik di atas bangku kereta.
Melalui gerakan agresif, kadang kaki mereka menjejak-jejakkan pada bangku kereta. Lha kalau lapisan kain bangkunya sobek bagaimana? Apa iya orangtua mereka mau ganti?
KRL ini digunakan untuk kepentingan umum. Bukan berarti bisa dipakai seenaknya, walau oleh anak kecil sekalipun. Jika terjadi kerusakan, yang rugi tentu orang banyak. Terlebih saat ini unit KRL tengah diawet-awet dan dijaga jangan sampai rusak gara-gara terlambatnya pengadaan KRL serta rencana impor KRL bekas yang terhambat regulasi.
Lebih ruwet lagi kalau ternyata si anak tersebut justru terluka karena jatuh dan nyungsep akibat bergelantungan. Siapa yang akan disalahkan?
Patut disayangkan dalam kejadian tersebut adalah orangtua mereka yang terlihat cuek dan biasa saja. Sang ayah yang duduk di sebelah mereka hanya sesekali berkata dengan nada datar dan lemah.
"Udah dong mainnya," ucapnya bahkan tanpa ekspresi. Selanjutnya, ia lanjut melamun.
Sedangkan wanita yang saya duga sebagai ibunya, duduk di bangku depan anak-anak tersebut dan terlihat lebih asyik bermain ponsel. Satu kalimat yang sempat saya dengar adalah teguran yang sama-sama tak bertenaga, senada dengan sang ayah.
"Diam ah, nanti Pak Satpam datang lho," ujarnya dan kemudian lanjut menatap layar ponsel.
Sedangkan anak-anak itu seolah tak pernah mendengar kata-kata orangtuanya. Mereka tetap lanjut bergelantungan bak sedang bermain di taman. Sungguh di luar nalar dan tak habis pikir.