Ngecat dinding rumah tiap Ramadan, tak ada masalah jika dananya memang tersedia. Demikian pula jika sampai ganti korden, beli sofa baru, toples baru, karpet baru, semuanya demi terlihat wah dan mentereng kala lebaran.
Padahal sebenarnya tidak ada masalah dengan kondisi dinding rumah, korden, sofa, toples dan karpet lama di rumah kita. Semuanya masih terlihat bagus dan layak.
Sekali lagi, jika uangnya banyak ya monggo saja. Para pedagang akan senang menerima Anda. Tapi jika kondisi finansial pas-pasan sebaiknya tak usah merasa minder untuk tidak ikut-ikutan.
Mengedepankan akal sehat
Akal sehat juga dibutuhkan agar tidak terjebak pemborosan karena terkecoh dengan nafsu.
Contohnya begini. Misalnya saat lebaran kita bakal mudik lama ke kampung halaman, ngapain juga beli toples baru dan belanja kue-kue lebaran yang mahal?
Kue-kue tersebut dipajang di ruang tamu di rumah yang bakal kosong melompong saat lebaran. Usai lebaran pun tak ada yang datang ke rumah karena penghuni rumah terbilang muda dan yang punya inisiatif berkeliling untuk silaturahmi alih-alih sebagai pihak yang didatangi tamu.
Ujung-ujungnya dari mulai nastar, putri salju, dan teman-temannya bakal tak terjamah selama berbulan-bulan ke depan. Nah, yang begini ini termasuk pemborosan atau tidak Saudara-saudara?
Soal baju lebaran juga menjadi masalah tahunan yang klasik. Seolah jika tak membeli yang baru, merasa insecure dan malu kalau-kalau ada yang ngeh soal itu.
Apalagi di era media sosial yang tumbuh subur dengan ragam komentar netizen. Bisa jadi ada yang takut dikomentari ketika kita upload foto keseruan lebaran, tapi bajunya terlihat sama dari tahun ke tahun.