Pekerja di Jakarta pengguna transportasi umum, tiap harinya harus berjibaku ketika berangkat dan pulang ke rumah. Utamanya yang bertempat tinggal di daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.
Saya tiap hari harus menggunakan kombinasi moda KRL dari Bogor ke Manggarai, transit ganti KRL ke Sudirman, turun lagi untuk ganti moda MRT menuju Blok M.
Sebenarnya rute tersebut memutar ke arah utara, geser ke timur, dan balik lagi ke selatan untuk sampai daerah Blok M. Tapi ya mau gimana lagi, sejauh ini kombinasi tersebut sudah paling cepat walau transit di Manggarai teramat "mencekam" dan melelahkan dengan segala dramanya.
Tak hanya saya, banyak pekerja lainnya di area Blok M dan sekitarnya yang tinggal di Bogor atau Depok, juga bakal menggunakan kombinasi moda tersebut tiap harinya.
Saat perjalanan pulang, alternatif agar bisa lebih cepat memotong rute sekaligus menghindari lewat Stasiun Manggarai adalah naik ojol ke Stasiun Cawang atau Kalibata yang mana bakal lebih berat di ongkos. Atau kalau lebih murah naiklah bus transjakarta ke arah Stasiun Cawang. Cuma ya itu, jalur ini biasanya macet ampun-ampunan di jam sibuk.
Alternatif terakhir ini saya coba kemarin sore, 20/02/2023, mengingat halte bus transjakarta Cawang Cikoko sudah selesai revitalisasi dan kembali dibuka. Halte tersebut berdiri megah di depan Stasiun KRL Cawang dan terkoneksi juga dengan LRT Jabodetabek.
Sayangnya, start awal saya dari Halte CSW di daerah Blok M, tidak ada bus transjakarta yang langsung melayani hingga Halte Cawang Cikoko. Saya mesti menumpang bus transjakarta 13B dengan rute Puri Beta -- Pancoran Barat, dan harus turun di Pancoran Barat untuk menunggu bus transjakarta koridor 9 rute Pluit-Pinang Ranti.
Perjalanan dari Halte CSW ke Pancoran Barat terbilang nyaman karena sebagian perjalanan melalui jalur busway layang tanpa ada gangguan dari kendaraan lain. Eh, giliran turun di Halte Pancoran Barat, "drama" pun dimulai.
Saya bahkan kesulitan untuk turun dari bus 13B karena Halte Pancoran Barat sudah disesaki oleh manusia. Halte sesempit itu dipenuhi oleh para penumpang yang menanti bus selanjutnya.
Semenit, dua menit, lima menit, tahu-tahu sudah lima belas menit saya terjepit di pojokan halte dan tak kunjung bisa bergerak atau bahkan naik bus ke arah Pinang Ranti. Muka-muka gelisah pun mulai bermunculan.
"Wooii!! Mana busnya woii??" teriak seorang ibu di dekat saya.
"Biasanya dikirim bus kosong kalau lagi numpuk gini!! Parah mah ini!!" lanjutnya.
Sementara petugas yang berjaga di halte itu terlihat lebih fokus mengatur penumpang yang keluar masuk ke bus yang datang.
"Tolong ya kasih jalan buat yang mau keluar, kasih jalan buat yang mau keluar!!" teriak petugas.
"Dari tadi kasih jalan terus!! Kami ini mau naik bus nggak dikasih masuk dari tadi!" sahut penumpang lain, ngegas pokoknya.
Memang situasi saat itu serba tak menguntungkan. Bukannya tidak ada bus yang datang, tapi tiap kali ada bus datang sudah penuh sesak oleh manusia di dalamnya.
Alhasil, turun 2 penumpang, yang naik ke bus pun hanya 2 orang. Pantas saja banyak penumpang yang tidak sabar menunggu.
"Ini sih Manggarai kedua ini..." celetuk penumpang lain di dekat saya.
Oalah, rupanya dia juga sesama anak kereta juga seperti saya. Pada akhirnya, niat menghindari horornya Stasiun Manggarai malah ketemu ngerinya Halte Pancoran Barat.
Inilah gambaran riil wajah Jakarta dengan transportasi publiknya saat ini. Naik kendaraan pribadi macet, naik transportasi umum juga parah.
Setelah 40 menitan menunggu saya baru bisa memaksa naik bus transjakarta ke arah Pinang Ranti. Tiga halte setelahnya saya pun turun di Halte Cawang Cikoko yang baru kembali dibuka dengan wajah barunya.
Rupanya walau dibangun dengan lebih megah, masih ada beberapa bagian yang belum selesai sempurna. Wajar saja sih.
Hanya saja, sebaiknya memang ada solusi crowded-nya Halte Pancoran Barat saat jam sibuk. Jika tidak bisa memperluas area Halte Pancoran Barat, maka bus koridor 13B Puri Beta-Pancoran Barat alangkah baiknya diperpanjang sampai Halte Cawang Cikoko.
Bus ini akan bisa mengurai kepadatan orang yang menunggu di Pancoran Barat, terutama yang hanya perlu turun lagi di Tebet dan Cawang.
Solusi ini juga menguntungkan bagi pekerja seperti saya di area Blok M dan Kebayoran, Jakarta Selatan, sedangkan rumahnya di Bogor atau Depok. Tak perlu repot memutar ke Sudirman dan Manggarai jika hendak naik KRL.
Rute tersebut sebenarnya juga bisa menghubungkan antarmoda, yaitu MRT Jakarta di kawasan transit CSW hingga ke Cawang yang terintegrasi berbagai moda KRL dan LRT.
Jika begini, Stasiun Manggarai yang dikenal ribet pun akan lebih lega karena setidaknya ada penumpang KRL yang punya alternatif moda selain harus transit di Manggarai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H