Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Resign Kerja Gara-gara Hindari Transit di Stasiun Manggarai, Wajarkah?

12 Februari 2023   10:35 Diperbarui: 16 Februari 2023   20:40 6752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Stasiun Manggarai di jam sibuk (foto by widikurniawan)

Bagi penumpang KRL Commuter Line yang tiap harinya harus singgah transit di Stasiun Manggarai, tentu sudah paham jika tempat tersebut memang bisa bikin stress. Kepadatan manusia yang luar biasa, diperparah dengan flow penumpang yang tak tertata akibat desain stasiun yang ngaco, semakin mengukuhkan kesan angker Stasiun Manggarai.

Terlebih di jam-jam sibuk, baik pagi maupun sore dan malam hari. Para pekerja, pencari kerja hingga pekerja ilegal semacam copet, berbaur jadi satu memadati tiap kereta yang datang.

Jika ada satu kata yang bisa menggambarkan Stasiun Manggarai, tak lain adalah: horor.

Tiap harinya orang-orang berdesakan demi mencapai tempat tujuan mencari nafkah (foto by widikurniawan)
Tiap harinya orang-orang berdesakan demi mencapai tempat tujuan mencari nafkah (foto by widikurniawan)

Beberapa hari ini, berseliweran kabar viral di media sosial yang menyebutkan bahwa seorang karyawan dikabarkan memilih resign dari tempatnya bekerja karena tidak ingin jadi "gila" jika setiap hari harus transit KRL di Stasiun Manggarai.

Seburuk itukah Stasiun Manggarai? Kalau boleh bantu jawab, maka saya akan jawab: iya!

Banyak netizen yang menanggapi cerita viral soal resign-nya karyawan itu dengan menanyakan kenapa tidak mengambil alternatif lainnya untuk menghindari transit di Stasiun Manggarai, misalnya dengan menggunakan ojek online (ojol) dan turun di stasiun sebelum Manggarai.

Sebuah pertanyaan yang wajar tapi nir empati.

Para penumpang yang memadati stasiun tersebut kebanyakan adalah para pencari nafkah. Jika tidak karena terpaksa, tak ada pula yang rela berdesakan dan berimpitan tiap hari, kecuali ya itu tadi, kalangan pencopet yang masih merajalela.

Antara penumpang yang naik dan turun tangga saling berbenturan (foto by widikurniawan)
Antara penumpang yang naik dan turun tangga saling berbenturan (foto by widikurniawan)

Orang yang tiap hari naik KRL adalah kelas menengah ke bawah dan biasanya sudah menghitung antara pendapatan dengan pengeluaran yang harus disediakan untuk biaya transportasi. Terlebih di zaman serba harga naik, sedangkan penghasilan tetap gitu-gitu saja, mau tak mau sejauh belum betulan "gila", Stasiun Manggarai terpaksa tetap dijabani.

Mengeluarkan biaya tambahan untuk ojol demi menghindari Stasiun Manggarai tentu saja bisa membahayakan kondisi finansial seseorang. Saya pernah mencoba kombinasi ojol plus KRL untuk menghindari transit di Manggarai, dan untuk itu saya harus rela keluar ekstra ongkos kira-kira 25 ribu sekali perjalanan. Kalau dihitung sehari dua kali berangkat dan pulang kerja bisa kena 50 ribu rupiah per harinya.

Hitung saja total selama per bulan, 50 ribu dikalikan 20 hari kerja. Maka 1 juta rupiah per bulan bisa menguap hanya untuk naik ojol demi menghindari transit di Stasiun Manggarai.

Bagi yang pendapatannya berkali lipat di atas UMR tentu saja nominal itu dianggap setara uang jajan es krim semata. Tapi tipikal penumpang KRL adalah mereka yang memang butuh menghitung tiap rupiah agar bisa bertahan hidup.

Rela berdesakan di KRL demi bertahan hidup (foto by widikurniawan)
Rela berdesakan di KRL demi bertahan hidup (foto by widikurniawan)

So, kepadatan Stasiun Manggarai sejatinya memang ajang pertarungan untuk bisa bertahan hidup. Kerasnya kehidupan benar-benar tergambar di tempat itu. Saling dorong, saling injak, saling curiga, dan meleng sedikit saja bisa terpeleset atau terjerumus ke lubang peron.

Siapa yang kuat, dia bisa mendesak masuk ke dalam KRL dan membawanya terhindar dari keterlambatan masuk kerja. Sedangkan yang lemah, dan tidak tegaan, bisa-bisa bakal lebih sering terlambat masuk kerja dan berpotensi kena potongan penghasilan bahkan berujung surat peringatan dari tempatnya bekerja.

Tangkapan layar Twitter tentang Stasiun Manggarai
Tangkapan layar Twitter tentang Stasiun Manggarai

Stasiun Manggarai, antara mimpi dan kenyataan

Stasiun Manggarai memang masih dalam proses pembangunan menuju stasiun sentral. Maka hal itu selalu jadi alasan untuk berkilah bagi operator KRL. Masyarakat diajak bersabar untuk bermimpi bahwa ke depannya Stasiun Manggarai bakal menjadi tempat yang nyaman untuk transit.

Namun, dengan kondisi belum seratus persen terbangun pun, fasilitas yang telah ada di Stasiun Manggarai kerap mengecewakan dan kian menambah chaos di stasiun ini.

Sebutlah lift dan eskalator yang sering mati sehingga bikin penumpukan orang ketika transit. Ketika banyak diprotes penumpang, justru yang muncul adalah dipasangnya stiker bertuliskan "Manfaat Naik Tangga".

Sungguh solusi yang kreatif sekaligus "membagongkan" dari pihak pengelola.

Stiker yang muncul setelah banyaknya keluhan soal eskalator dan lift mati (foto by widikurniawan)
Stiker yang muncul setelah banyaknya keluhan soal eskalator dan lift mati (foto by widikurniawan)

Jika nantinya sudah selesai seratus persen pembangunannya, penumpang juga tak berharap banyak bahwa Stasiun Manggarai bakal menjadi tempat transit yang lebih nyaman.

Saat ini pun penumpang bisa melihat progres pembangunan di peron yang tengah dibangun, tetapi menilik desain yang masih sama persis dengan peron saat ini, bisa-bisa kekacauan masih jadi makanan sehari-hari di Stasiun Manggarai.

Tiang-tiang beton yang berimpitan dengan tangga dan mempersempit peron untuk berlalu lalang, adalah bukti sahih ngaconya desain Stasiun Manggarai. Pembangunan fisik seolah tak memperhitungkan alur ribuan penumpang yang naik turun.

Desain
Desain "aneh" Stasiun Manggarai membahayakan penumpang (foto by widikurniawan)

Sepertinya, ke depan masih akan banyak cerita viral lainnya dari Stasiun Manggarai. Tak lagi soal lift dan eskalator mati, atau bocornya atap stasiun ketika hujan. Juga bukan tentang penumpang yang pingsan dan kecopetan, karena itu sudah sering terdengar.

Namun mungkin perkara siapa yang menyusul resign dari kerjaannya karena takut "gila" di Stasiun Manggarai. Atau justru ada yang memilih lebih baik jadi "gila" daripada kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun