Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Resign Kerja Gara-gara Hindari Transit di Stasiun Manggarai, Wajarkah?

12 Februari 2023   10:35 Diperbarui: 16 Februari 2023   20:40 6752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Stasiun Manggarai di jam sibuk (foto by widikurniawan)

Orang yang tiap hari naik KRL adalah kelas menengah ke bawah dan biasanya sudah menghitung antara pendapatan dengan pengeluaran yang harus disediakan untuk biaya transportasi. Terlebih di zaman serba harga naik, sedangkan penghasilan tetap gitu-gitu saja, mau tak mau sejauh belum betulan "gila", Stasiun Manggarai terpaksa tetap dijabani.

Mengeluarkan biaya tambahan untuk ojol demi menghindari Stasiun Manggarai tentu saja bisa membahayakan kondisi finansial seseorang. Saya pernah mencoba kombinasi ojol plus KRL untuk menghindari transit di Manggarai, dan untuk itu saya harus rela keluar ekstra ongkos kira-kira 25 ribu sekali perjalanan. Kalau dihitung sehari dua kali berangkat dan pulang kerja bisa kena 50 ribu rupiah per harinya.

Hitung saja total selama per bulan, 50 ribu dikalikan 20 hari kerja. Maka 1 juta rupiah per bulan bisa menguap hanya untuk naik ojol demi menghindari transit di Stasiun Manggarai.

Bagi yang pendapatannya berkali lipat di atas UMR tentu saja nominal itu dianggap setara uang jajan es krim semata. Tapi tipikal penumpang KRL adalah mereka yang memang butuh menghitung tiap rupiah agar bisa bertahan hidup.

Rela berdesakan di KRL demi bertahan hidup (foto by widikurniawan)
Rela berdesakan di KRL demi bertahan hidup (foto by widikurniawan)

So, kepadatan Stasiun Manggarai sejatinya memang ajang pertarungan untuk bisa bertahan hidup. Kerasnya kehidupan benar-benar tergambar di tempat itu. Saling dorong, saling injak, saling curiga, dan meleng sedikit saja bisa terpeleset atau terjerumus ke lubang peron.

Siapa yang kuat, dia bisa mendesak masuk ke dalam KRL dan membawanya terhindar dari keterlambatan masuk kerja. Sedangkan yang lemah, dan tidak tegaan, bisa-bisa bakal lebih sering terlambat masuk kerja dan berpotensi kena potongan penghasilan bahkan berujung surat peringatan dari tempatnya bekerja.

Tangkapan layar Twitter tentang Stasiun Manggarai
Tangkapan layar Twitter tentang Stasiun Manggarai

Stasiun Manggarai, antara mimpi dan kenyataan

Stasiun Manggarai memang masih dalam proses pembangunan menuju stasiun sentral. Maka hal itu selalu jadi alasan untuk berkilah bagi operator KRL. Masyarakat diajak bersabar untuk bermimpi bahwa ke depannya Stasiun Manggarai bakal menjadi tempat yang nyaman untuk transit.

Namun, dengan kondisi belum seratus persen terbangun pun, fasilitas yang telah ada di Stasiun Manggarai kerap mengecewakan dan kian menambah chaos di stasiun ini.

Sebutlah lift dan eskalator yang sering mati sehingga bikin penumpukan orang ketika transit. Ketika banyak diprotes penumpang, justru yang muncul adalah dipasangnya stiker bertuliskan "Manfaat Naik Tangga".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun