Stasiun pengisian daya listrik tenaga surya atau matahari hadir di area transit oriented development (TOD) Dukuh Atas, Jakarta. Fasilitas ini diadakan oleh MRT Jakarta menggandeng PLN guna dimanfaatkan masyarakat untuk mengisi daya ponsel, tablet hingga laptop. Istilah kerennya Solar Charging Station.
Alat tersebut memang hanya disarankan untuk pengisian peralatan listrik daya rendah dengan maksimal daya 60% dari kapasitas daya output 500 Watt. Jadi tidak bisa pula andai ada sepeda motor listrik numpang nge-cas di sini.
Kawasan TOD Dukuh Atas atau kerap disebut Taman Dukuh Atas memang area transit antarmoda paling strategis. Lokasinya menjadi titik temu Stasiun MRT Dukuh Atas, Stasiun KA Bandara BNI City, Stasiun KRL Commuter Line Sudirman, serta dijangkau pula oleh bus Transjakarta.
Wajar jika lalu lalang dan mobilitas orang-orang yang berpindah moda di sini cukup tinggi. Bahkan di lokasi ini kerap dijadikan tempat nongkrong dan titik janjian untuk bertemu. Tak hanya dari sekitar Jakarta, tetapi dari berbagai di daerah pinggiran Jabodetabek.
Ingat dong Citayam Fashion Week (CFW) yang sempat heboh? Nah, salah satu unit pengisian daya tenaga listrik tenaga surya diletakkan di area yang dulunya penuh kerumunan orang nonton CFW.
Tentu saja fasilitas untuk nge-cas gratis seperti ini patut diapresiasi. Selama ini di dalam area stasiun KRL juga tersedia tempat nge-cas gratis, tetapi tempatnya tidak estetis dan malah sering terlihat orang lesehan di lantai sambil mengisi daya ponselnya hingga mengganggu lalu lalang orang dan tidak sedap dipandang mata.
Stasiun pengisian daya listrik tenaga surya di area Dukuh Atas ini ada tiga unit. Desainnya pun cukup keren, unik dan estetis.
Namun sayangnya sejak hadir November 2022 lalu belum banyak menarik minat orang-orang untuk menggunakan sesuai fungsinya. Kerap kali terlihat justru orang hanya sekedar numpang duduk-duduk saja, entah bengong saja atau sedang menanti seseorang.
Saya pun beberapa kali sempat mencoba kegunaan fasilitas ini untuk nge-cas ponsel. Eh, rupanya karena bertenaga surya maka ketika digunakan sore hari dengan kondisi mendung atau usai turun hujan, sama sekali tidak keluar setrumnya.
Berbeda ketika Jumat sore kemarin (06/01) matahari begitu terik ngentang-ngentang, indikator lampu berwarna hijau menyala yang berarti ada daya listrik yang bisa digunakan. Saya pun mencoba nge-cas dengan kabel USB dan ternyata berhasil mengisi daya dengan baik.
Ada agenda lebih besar di balik keberadaan fasilitas tersebut, yakni upaya penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen pada 2030 dan zero net emission pada 2050. Tetapi sebelum mengarah ke sana, ada baiknya mendorong pemeliharaan fasilitas umum tersebut sehingga bisa terus dimanfaatkan untuk jangka panjang.
Artinya, perlu terus sosialisasi kepada masyarakat untuk ikut menjaga dan memanfaatkan fasilitas ini dengan baik. Karena memang sangat berisiko saat fasilitas mahal yang ditempatkan di area publik harus berhadapan dengan tangan-tangan jahil.
Dimulai dari kawasan TOD Dukuh Atas, semoga fasilitas ini bisa pula dihadirkan di kawasan TOD lainnya di Jakarta maupun hingga ke daerah-daerah lainnya. Sumber tenaga yang berasal dari matahari, juga layak andai dicoba untuk modifikasi lebih lanjut sehingga mungkin bisa bermanfaat digunakan oleh masyarakat luas.
Ya, bayangan saya kelak alat semacam ini tersedia di kampung-kampung dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan warga. Tapi ya jangan rebutan nyolok rice cooker atau malah gelar tiker untuk nyeterika baju. Eh tapi, kali aja bisa ding.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H