Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Catatan Tahun 2022 KRL Commuter Line dan Potensi Kian Tergencetnya Kelas Menengah di 2023

31 Desember 2022   09:44 Diperbarui: 3 Januari 2023   23:20 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Stasiun Tanah Abang. Bagaimana membedakan antara si kaya dan si miskin? (foto by widikurniawan)

Kalangan menengah pas-pasan layak ketar-ketir. Kalangan ini bisa saja termasuk "kaya" saat gajian, dan mendadak jatuh "miskin" mendekati akhir bulan. Bukan berarti mereka ini (dan saya) bermental subsidi, atau merasa layak terus disuapi pemerintah. Tidak lah.

Jika itu terkait subsidi gas elpiji, okelah silakan. Tarif listrik, monggo saja dibedakan antara subsidi atau tidak karena memang terlihat jelas pembedaannya. Demikian pula BBM, wajar saja ketika punya kendaraan bagus dan mahal maka tidaklah layak memakan subsidi.

Namun ketika diterapkan di KRL, kriteria kaya dan miskin inilah yang menimbulkan polemik. Sifat KRL yang komunal dipandang tidak pas jika diterapkan pembedaan tarif berdasarkan kemampuan ekonomi. Wong sama saja di KRL desak-desakan, sikut-sikutan, dan sama-sama diintai copet.

Kalangan menengah akan kian tergencet di dalam KRL (foto by widikurniawan)
Kalangan menengah akan kian tergencet di dalam KRL (foto by widikurniawan)

Kalangan menengah pantas resah mengingat mereka bakal mendapat predikat "kaya" secara mendadak walau kenyataannya taraf hidupnya sama sekali tak sebanding seorang Raffi Ahmad. Kelas menengah inilah yang sudah tergencet di dalam gerbong KRL, tergencet pula dengan berbagai kebijakan subsidi yang dinyatakan "haram" disentuh mereka.

Sebaiknya pembuat kebijakan tidak berpikir sektoral saja. Subsidi pada transportasi massal seperti KRL Commuter Line harus dipandang dari kaca mata yang lebih lebar.

Kaum kaya, anggap saja mereka yang punya kendaraan dan kerap memacetkan jalanan ibu kota. Ketika mereka beralih ke transportasi umum, sejatinya adalah pahlawan subsidi dan pahlawan anggaran negara. 

Mereka turut andil tidak memakan subsidi BBM. Mereka juga berjasa untuk tidak menyumbang polusi udara dan tidak ikut membebani jalanan menjadi rusak.

Jadi seharusnya sudah tepat jika KRL Commuter Line disubsidi tanpa pandang dia kaya atau miskin. Negara harus berterima kasih terhadap masyarakat yang rela menggunakan transportasi massal ketimbang memacetkan jalanan.

Tahun 2022 menyisakan ending menggantung bagi pengguna KRL Commuter Line. Ibarat drama, di akhir tahun ini masih menyisakan kata "bersambung". Maka episode selanjutnya di tahun 2023 layak dinantikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun