Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Larangan Ngobrol di MRT Jakarta, Perlukah Dihapus?

15 Desember 2022   21:07 Diperbarui: 16 Desember 2022   05:22 2513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas MRT Jakarta mengawasi isi kereta (foto by widikurniawan)

Larangan berbicara di dalam MRT Jakarta diberlakukan sejak masa pandemi Covid-19, pertengahan tahun 2020 silam. 

Aturan tersebut hingga kini masih berlaku bagi orang yang ngobrol sesama penumpang maupun berbicara melalui telepon atau malah ngomong sendiri dan terdengar penumpang lain. 

Alasan yang mendasari tak lain karena saat itu Covid-19 tengah menghebat dan salah satu penyebab penularan disinyalir karena droplet ketika orang berbicara. 

Terlebih di dalam transportasi massal dengan ruangan sempit ber-AC dan diisi banyak orang, maka aturan itu selama ini dinilai wajar saja. 

Walaupun moda sebelah, yaitu KRL Commuter Line juga memiliki aturan serupa, tetapi pengawasannya lebih ketat di MRT Jakarta. Petugas dalam MRT tak segan untuk menegur penumpang yang kedapatan ngobrol seru tiada henti di dalam kereta. 

Saya kerapkali mendapati petugas security MRT yang memandang tajam dari kejauhan ke arah penumpang yang tengah asyik ngobrol. 

Jika dalam beberapa saat yang dipandang tidak merasa atau sadar diri, maka petugas pun bakal menghampiri dan menunjukkan tulisan yang berisi imbauan agar penumpang tidak berbicara selama perjalanan. 

Cara ini biasanya akan efektif membuat suasana sepi kembali. Tapi seringkali pula muncul tipe penumpang yang ketika petugasnya pergi berlalu, mereka akan kembali ngobrol. Kali ini tentu saja melakukan ghibah terhadap petugas yang menegur. 

Memang tidak ada sanksi terhadap pelanggar, seperti misalnya diturunkan di stasiun terdekat, tapi aksi teguran petugas sebenarnya menjadi semacam sanksi sosial karena penumpang lainnya bakal memperhatikan sambil membatin dalam diri masing-masing. 

Penumpang yang ditegur pun pasti merasa malu, walau setidaknya muka masih tertutup masker. Lumayan buat nutup malu. 

Nah, beberapa hari lalu rupanya sempat viral di media sosial tentang pendapat seorang netizen yang merasa larangan berbicara di dalam MRT Jakarta seharusnya dihapus saja. 

Hal ini menuai pro dan kontra, termasuk pendapat yang mendukung karena di samping pandemi sudah melemah, aturan itu dinilai tak cocok diterapkan bagi masyarakat Indonesia yang dikenal guyup, senang ngobrol dan doyan ngerumpi.

Well, sebaiknya kita kupas dengan pikiran jernih apakah larangan berbicara di MRT Jakarta memang sudah sepantasnya dicabut. 

Pertama, petugas MRT sejauh ini, sepengamatan saya, tidak akan serta merta menegur tanpa memperhatikan gelagat penumpang yang ngobrol. 

Jika penumpang terus menerus membuat gaduh, sampai obrolannya terdengar hingga radius ujung gerbong, maka petugas baru akan menegur. Itupun dengan sikap yang sopan karena sambil membungkukkan badan dan menyampaikan teguran melalui tulisan. 

Jadi, kalau cuma berbicara sebentar sekedar nanya arah atau ngomong seperlunya kepada rekan penumpang tanpa menarik perhatian orang lain, tentu tak bakal ada yang menegur. Petugas juga manusia, pasti punya pertimbangan sendiri ketika menegur.

Petugas MRT Jakarta mengawasi isi kereta (foto by widikurniawan)
Petugas MRT Jakarta mengawasi isi kereta (foto by widikurniawan)

Kedua, moda MRT Jakarta memang bukan tempat yang pas untuk ngobrol "ha ha hi hi". Masih ada kafe, pos ronda atau taman bagi yang ngobrolnya selalu seru. 

Ingat, ada hak penumpang lain yang ingin menikmati perjalanan dengan tenang, maka hormatilah sesama penumpang.

Ketiga, memang kenyataannya banyak orang yang cuek dengan aturan walau sebenarnya sudah tahu. Seolah nggak seru rasanya jika naik MRT bareng teman-teman se-geng tapi cuma diem-dieman. 

Maka biasanya yang bikin "pecah" suasana di dalam MRT memang mereka yang naik berombongan. Tak hanya anak-anak muda atau keluarga yang bawa anak-anak kecil rewel saja. 

Saya bahkan pernah "terjebak" dalam gerbong yang penuh riuh teriakan bapak-bapak yang rupanya berombongan pulang dari semacam acara pertemuan politik. Tak ayal ada pula yang meneriakkan yel-yel politis dan suara ribut saling berfoto di dalam MRT. 

Keempat, andai ada telepon masuk dan dirasa penting, apa susahnya turun sejenak di stasiun terdekat untuk mengangkatnya. Beberapa kali saya melakukannya karena bisa berabe andai panggilan mendadak dari bos diabaikan. 

Jika tidak, kita bisa mengirim pesan bahwa sedang berada di MRT dan akan menelepon balik ketika sampai tujuan. 

Kelima, jarak tempuh MRT Jakarta saat ini masih terbilang dekat. Untuk jarak terjauh dari Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Lebak Bulus, cuma butuh waktu 30 menit saja. 

Mosok nggak bisa sih menahan hasrat ngobrol sejenak selama perjalanan? Kalau aturan itu berlaku di kereta jarak jauh jurusan Jakarta-Surabaya misalnya, ya wajar kalau bakal mati gaya andai nggak boleh ngobrol atau sekedar menerima telepon.

--

Penumpang MRT Jakarta (foto by widikurniawan)
Penumpang MRT Jakarta (foto by widikurniawan)

Moda transportasi umum seperti MRT Jakarta memang sebaiknya diisi oleh penumpang yang mampu menjaga diri untuk tidak membuat kegaduhan atau suara-suara yang bisa mengganggu orang lain. 

Kalaupun perlu bicara seperlunya dan tidak dengan nada yang menarik perhatian, pastinya tidak akan membuat petugas turun tangan.

Maka aturan larangan bicara atau ngobrol sebaiknya tetap diberlakukan seterusnya. Bukan hanya dalam rangka pandemi saja, melainkan untuk membudayakan etika menggunakan transportasi massal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun