Kasus pembunuhan terhadap Brigadir J mendapat perhatian khusus masyarakat di segala lapisan. Kasus polisi tembak polisi ini menjadi pembicaraan di mana-mana.
Ketika mampir di warung, saya mendapati orang-orang tengah membicarakan kasus tersebut. Saat berada di kereta, lagi-lagi soal Brigadir J yang tengah hangat diperbincangkan. Demikian pula ketika berada di tempat-tempat lain.
Pemberitaan kasus ini begitu masif di media sosial maupun di media mainstream. Spekulasi tentang tersangka hingga motif pun ramai dibahas dalam kurun waktu sebulan belakangan.
Hingga setelah pengumuman FS sebagai tersangka, ada komentar menarik dari Menkopolhukam Mahfud MD tentang sensitivitas kasus ini.
"Soal motif, biar nanti dikonstruksi hukumnya karena itu sensitif, mungkin hanya boleh didengar oleh orang-orang dewasa," ujar Mahfud.
Jika merujuk kata "dewasa", artinya hanya orang yang berusia 19 tahun ke atas yang masuk kategori ini. Banyak hal yang bisa dikategorikan "dewasa", dan jika anda merasa sudah dewasa tentu bisa memahami ke arah mana saja hal tersebut.
Namun, pemberitaan yang terlalu masif ini (dan bernuansa "dewasa") sangat mudah ditonton dan diikuti oleh anak-anak. Bagi anak-anak dan remaja yang sudah dibekali gadget berupa smartphone, mereka bisa mengaksesnya melalui media sosial yang sayangnya kerap menyajikan informasi yang melenceng dan tak jarang terlalu banyak bumbunya.
Sementara tayangan di televisi pun sedemikian bertubi-tubi seperti halnya ketika pada saat konferensi pers oleh Kapolri, Selasa, 9/8/2022 kemarin petang yang disiarkan secara langsung. Tak hanya materi pengumuman tersangka, setelah itu durasi pemberitaan masih berlanjut dengan pendapat para pakar, ahli dan orang-orang terdekat.
Karena jam tayangnya sangat berpotensi diikuti oleh anak-anak, maka perlu menjadi perhatian khusus bagi orangtua. Pendampingan orangtua saat menonton tayangan berita kasus tersebut sangat perlu dilakukan.
"Kenapa sih polisi kok bisa membunuh polisi? Penjahatnya yang mana?"