Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Gaya Unik Pendakwah yang Humoris

8 April 2022   09:04 Diperbarui: 8 April 2022   09:11 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustadz Wijayanto (sumber foto: kagama.co)

Siapa yang tidak suka humor? Orang mana yang tidak suka tertawa. Ketika orang tertawa, maka sejenak bakal lupa terhadap masalah berat yang dihadapinya. Sejenak lupa tentang hutang-hutang dan cicilan kredit yang tak kunjung lunas.

Itulah mengapa humor pun kerap diselipkan dalam dakwah oleh para pendakwah maupun ustadz. Kelucuan yang timbul dari gaya dakwah penuh humor adalah supaya jamaah mampu mencerna isi dakwah dengan mudah.

Jika dakwah adalah melulu tentang penyampaian ayat-ayat yang panjang dan penuh nasehat-nasehat yang serius, bisa jadi kalangan pendengar, terutama yang awam, bakal merasa jenuh dan bahkan ngantuk.

Humor dalam dakwah bisa jadi merupakan selingan agar para jamaah fokus dan tidak ketiduran. Tetapi bukan berarti sebuah acara dakwah otomatis menjadi ajang pentas lawak.

Seorang pendakwah yang cerdas dan memiliki tingkat humor yang tinggi pasti sudah mafhum. Mereka akan menyampaikan sebuah humor tentang realita kehidupan sehari-hari. Justru kelucuan akan muncul ketika para jamaah seolah sedang menertawakan diri mereka sendiri.

Ya, dakwah lucu yang sedang dilempar oleh ustadz humoris itu sejatinya adalah peristiwa yang relevan terjadi pada diri para jamaah dan masyarakat pada umumnya.

Di Indonesia banyak pendakwah yang memiliki gaya penyampaian humoris dan mampu mencairkan suasana. Sebutlah Ustadz Maulana yang punya sapaan khas "jamaaaah...!" Atau Ustadz Akri yang memang seorang mantan pelawak anggota grup Patrio.

Dulu, siapa tidak kenal dengan almarhum K.H. Zainuddin MZ? Beliau begitu piawai melempar kata-kata yang memancing tawa jamaah dan pendengarnya. Julukannya adalah Dai Sejuta Umat karena dianggap mampu merangkul semua lapisan masyarakat.

Mungkin beliaulah satu-satunya pendakwah yang memiliki album rekaman kaset yang mampu bersaing dengan penjualan album-albumnya para artis penyanyi.

Bahkan hingga kini, dakwah-dakwah beliau masih kerap terdengar diputar ulang di surau dan masjid-masjid. Hebatnya, materi dakwahnya seolah tak lekang oleh waktu. Masih relevan dengan kondisi saat ini walaupun sudah direkam bertahun-tahun lamanya.

Ustadz Wijayanto 

Nah, menyinggung tentang pendakwah yang humoris, di era sekarang tak afdol rasanya jika belum menyinggung nama Ustadz Wijayanto.

Sebelum namanya dikenal seperti sekarang di berbagai platform media, seperti televisi dan YouTube hingga berbagai acara offline, Ustadz Wijayanto berkiprah di dunia pendidikan sebagai dosen.

Saya sendiri beruntung karena dulu pernah menjadi salah satu mahasiswanya ketika beliau mengajar di sebuah kampus di Yogyakarta. Sebagai dosen, cara mengajarnya tak beda dengan cara dakwahnya sekarang. Penuh lemparan canda yang membuat mahasiswanya tergelak, padahal sejatinya sedang menertawakan diri sendiri.

Nah, siapa yang berani ngantuk di kelas kalau begitu?

Kini, Ustadz Wijayanto menjadi salah satu pendakwah panutan yang kerap dinantikan karena gaya dakwahnya. Tiap kali beliau ceramah, dipastikan tak akan gagal menarik minat orang. Beliau pun salah satu uztadz yang bisa diterima banyak kalangan, tidak terkotak-kotakkan dengan kalangan A, B maupun C yang terpisahkan karena perbedaan pandangan politik dan sejenisnya.

Salah satu kelebihan dari sosok Ustadz Wijayanto, beliau tidak tertawa atau cengengesan ketika melempar sebuah kalimat yang mengundang tawa pendengarnya. Ya, sejatinya beliau memang sedang serius tetapi terasa lucu karena kita yang mendengarkan merasa tersentil.

Namun demikian, hendaknya orang tak hanya mengejar gelak tawa ketika datang atau mendengar dakwah dari ustadz yang dikenal humoris. Makna dari materi dakwah yang disampaikan adalah yang terpenting. Kelucuan adalah sebuah pengantarnya saja, karena yang terpenting bagaimana kita mampu merekam tausiyah yang kita terima dengan baik untuk perbaikan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun