Nah, menyinggung tentang pendakwah yang humoris, di era sekarang tak afdol rasanya jika belum menyinggung nama Ustadz Wijayanto.
Sebelum namanya dikenal seperti sekarang di berbagai platform media, seperti televisi dan YouTube hingga berbagai acara offline, Ustadz Wijayanto berkiprah di dunia pendidikan sebagai dosen.
Saya sendiri beruntung karena dulu pernah menjadi salah satu mahasiswanya ketika beliau mengajar di sebuah kampus di Yogyakarta. Sebagai dosen, cara mengajarnya tak beda dengan cara dakwahnya sekarang. Penuh lemparan canda yang membuat mahasiswanya tergelak, padahal sejatinya sedang menertawakan diri sendiri.
Nah, siapa yang berani ngantuk di kelas kalau begitu?
Kini, Ustadz Wijayanto menjadi salah satu pendakwah panutan yang kerap dinantikan karena gaya dakwahnya. Tiap kali beliau ceramah, dipastikan tak akan gagal menarik minat orang. Beliau pun salah satu uztadz yang bisa diterima banyak kalangan, tidak terkotak-kotakkan dengan kalangan A, B maupun C yang terpisahkan karena perbedaan pandangan politik dan sejenisnya.
Salah satu kelebihan dari sosok Ustadz Wijayanto, beliau tidak tertawa atau cengengesan ketika melempar sebuah kalimat yang mengundang tawa pendengarnya. Ya, sejatinya beliau memang sedang serius tetapi terasa lucu karena kita yang mendengarkan merasa tersentil.
Namun demikian, hendaknya orang tak hanya mengejar gelak tawa ketika datang atau mendengar dakwah dari ustadz yang dikenal humoris. Makna dari materi dakwah yang disampaikan adalah yang terpenting. Kelucuan adalah sebuah pengantarnya saja, karena yang terpenting bagaimana kita mampu merekam tausiyah yang kita terima dengan baik untuk perbaikan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H