Truk ODOL (over dimension over loading) memang membahayakan pengguna jalan lain. Tetapi, kombinasi ODOL dan gaya oleng bakal makin meresahkan.
Yup, truk oleng atau truk goyang adalah istilah yang disematkan kepada gaya mengemudi truk dengan kecepatan tinggi sambil zig-zag sehingga badan truk terlihat oleng, bahkan nyaris terbanting ke kanan dan ke kiri.Â
Gaya oleng ini memang menuntut skill menyetir yang mumpuni, walau kenyataannya sangat berisiko bagi pengguna jalan di sekitarnya.
Truk oleng ini tak lain dan tak bukan dilakukan sebagai ajang gagah-gagahan semata, demi konten dan raupan jempol likes.Â
Si pembuat konten atau perekam video biasanya adalah anak-anak remaja usia tanggung, bahkan ada yang masih bocah ingusan.
Mereka menunggu di jalan yang biasa dilalui oleh berbagai jenis truk, termasuk truk ODOL. Dari kejauhan anak-anak itu akan melambai-lambaikan tangan sebagai kode agar sopir truk segera mengeluarkan jurus olengnya.
Truk ODOL yang oleng justru sangat disukai, dibandingkan truk standar tanpa muatan, karena muatan truk yang melebihi kapasitas mampu membuat efek oleng yang menegangkan.Â
Anak-anak pemburu konten oleng bakal girang bukan kepalang jika sopir truk mau menuruti kemauannya untuk melakukan manuver bergaya oleng.
Setelah itu anak-anak tersebut akan naik sepeda motor mengiringi jalan truk sambil merekam menggunakan kamera smartphone-nya. Ada yang posisi depan truk, ada pula yang di belakang. Mirisnya, rata-rata perekam truk oleng itu berboncengan tanpa menggunakan helm.
Selesai merekam, mereka akan mengedit dengan memasukkan musik remix jedag-jedug dangdut sebagai latarnya.Â
Ketika video truk oleng diposting ke media sosial seperti YouTube, TikTok dan Instagram, si pembuat konten dan awak truk yang direkam akan merasa bangga.
Ironisnya, konten truk oleng itu mampu meraup ribuan bahkan jutaan penonton. Bahkan komentar-komentar yang masuk rata-rata memuji, mengagumi dan merasa senang dengan gaya ugal-ugalan truk oleng yang disuguhkan.
Hanya segelintir kecil yang mengungkapkan keprihatinannya. Komentar begini jelas tak berarti sama sekali bagi si pembuat konten dan para penggemarnya.
Sopir yang nurut saja diminta oleng, biasanya juga masih muda dan terlihat labil. Mereka butuh pengakuan dan eksistensi. Maka karena profesinya sebagai sopir truk, peluang eksis di dunia maya melalui gaya nyetir oleng tentu saja mereka jalani dengan senang hati tanpa berpikir panjang.
Bahkan tak hanya gaya oleng, ada pula sopir truk yang sengaja bergaya akrobatik dengan cara nyetir sambil berdiri dan membuka pintu, menyetir menggunakan kaki dan gaya-gaya aneh lainnya. Semua dilakukan demi terlihat "keren" saat divideokan.
--
Fenomena truk oleng ini telah berlangsung lebih dari tiga tahun silam. Tinggal ketik kata kunci "truk oleng" di YouTube atau tagar #trukoleng di Instagram, kita akan menemukan ribuan konten tentangnya.
Polisi sendiri bukannya tinggal diam, beberapa kali aparat meringkus sopir truk oleng yang kedapatan viral di dunia maya. Tetapi harus diakui keterbatasan aparat untuk menindak pelaku truk oleng.
Sementara pembuat konten truk oleng juga sulit untuk dijerat hukum. Buktinya masih mudah kita temukan konten truk oleng yang wara-wiri di media sosial.
Maraknya konten semacam ini mestinya menjadi keprihatinan bagi orang tua, mengingat truk oleng sangat digemari oleh remaja hingga anak-anak kecil. Bahkan mainan seperti miniatur truk yang laris manis di pasaran juga dimainkan oleh anak-anak kecil dengan gaya oleng dan direkam oleh mereka.
Ada pula truk oleng dalam versi game yang bisa dimainkan siapapun. Memainkan game ini, si pemain bisa merasakan sensasi menjad sopir truk dengan muatan lebih dan bergaya oleng.
Bagi anak-anak itu, sejak dini seolah telah memiliki pemahaman bahwa truk oleng adalah sesuatu yang keren dan menyenangkan. Sebuah pemahaman negatif yang berbahaya jika sampai terbawa hingga dewasa.
--
Kebijakan zero ODOL pada 2023 yang banyak menuai reaksi kontra, sebenarnya bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi adanya truk oleng di jalanan. Sebabnya memang truk oleng terlihat lebih "asyik" ketika truknya ODOL.
Keberadaan ODOL yang gaya nyetirnya nggak neko-neko saja sudah cukup berisiko, terlebih mereka yang sok-sokan ngonten oleng agar dianggap ngetop.
Sudah cukup korban yang terenggut akibat kecelakaan truk oleng, jangan ditambah lagi. Orang tua juga harus lebih bisa mengawasi dan mendidik anak-anaknya mengenai konten yang mereka hasilkan.
Truk oleng jangan dianggap sebagai sekedar hiburan. Fenomena itu sama sekali tidak keren. Cobalah berempati dengan para korban kecelakaan truk oleng dan keluarganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H