Selesai merekam, mereka akan mengedit dengan memasukkan musik remix jedag-jedug dangdut sebagai latarnya.Â
Ketika video truk oleng diposting ke media sosial seperti YouTube, TikTok dan Instagram, si pembuat konten dan awak truk yang direkam akan merasa bangga.
Ironisnya, konten truk oleng itu mampu meraup ribuan bahkan jutaan penonton. Bahkan komentar-komentar yang masuk rata-rata memuji, mengagumi dan merasa senang dengan gaya ugal-ugalan truk oleng yang disuguhkan.
Hanya segelintir kecil yang mengungkapkan keprihatinannya. Komentar begini jelas tak berarti sama sekali bagi si pembuat konten dan para penggemarnya.
Sopir yang nurut saja diminta oleng, biasanya juga masih muda dan terlihat labil. Mereka butuh pengakuan dan eksistensi. Maka karena profesinya sebagai sopir truk, peluang eksis di dunia maya melalui gaya nyetir oleng tentu saja mereka jalani dengan senang hati tanpa berpikir panjang.
Bahkan tak hanya gaya oleng, ada pula sopir truk yang sengaja bergaya akrobatik dengan cara nyetir sambil berdiri dan membuka pintu, menyetir menggunakan kaki dan gaya-gaya aneh lainnya. Semua dilakukan demi terlihat "keren" saat divideokan.
--
Fenomena truk oleng ini telah berlangsung lebih dari tiga tahun silam. Tinggal ketik kata kunci "truk oleng" di YouTube atau tagar #trukoleng di Instagram, kita akan menemukan ribuan konten tentangnya.
Polisi sendiri bukannya tinggal diam, beberapa kali aparat meringkus sopir truk oleng yang kedapatan viral di dunia maya. Tetapi harus diakui keterbatasan aparat untuk menindak pelaku truk oleng.