Tapi itu masih lebih baik daripada stasiun lain yang sama sekali tidak menggunakan alat pemindai suhu. Ternyata beda stasiun beda aturan. Kok bisa gitu ya?
Padahal hal ini sebenarnya penting. Beberapa hari lalu saya terpaksa turun di sembarang stasiun gara-gara penumpang di depan saya bersin-bersin tak henti dan sesekali tangannya menyeka ingus. Jangan tanya maskernya, sudah pasti tidak terpakai dengan baik.
Gegara itulah saya mengambil langkah mending turun dan naik kereta selanjutnya.
Jika memang sedang sakit dan demam, maka seharusnya pemindaian suhu tubuh sebelum masuk ke stasiun menjadi langkah preventif lebih awal.
Itu baru satu hal, soal scan QR code aplikasi PeduliLindungi juga terasa meragukan. Beberapa bulan belakangan, petugas di stasiun tidak lagi secara ketat memperhatikan status warna pada aplikasi dan apakah si penumpang benar-benar melakukan scanning atau tidak.
---
Bagaimanapun, KRL masih menjadi andalan masyarakat menengah ke bawah. Para pencari nafkah akan kelimpungan jika segala aturan ketat benar-benar diterapkan di moda KRL.
Hal ini sudah terbukti pada saat penerapan syarat wajib memperlihatkan surat tugas sektor esensial tahun lalu. Ujung-ujungnya, pasti berdampak ke sektor ekonomi.
Okelah, KRL tidak menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Paling banter hanya mengatur antrean, mengimbau untuk jaga kesehatan, jaga jarak (walau mustahil) dan tetap memakai masker.
Jika demikian, maka kembali lagi ke si penumpang. Kalau nggak mau ambil resiko terkena Covid-19 ya tetaplah di rumah saja. Tentu dengan catatan tidak ada hal yang urgent dilakukan di luar rumah.