Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

PNS Harus Siap Lahir dan Batin Sebelum Pindah ke IKN

23 Januari 2022   17:31 Diperbarui: 25 Januari 2022   21:00 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Disain final Istana Negara IKN baru (Sumber: Kompas.com/Instagram: Nyoman_Nuarta)

Rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur semakin santer dibicarakan. Terbaru, nama "Nusantara" telah resmi ditetapkan sebagai nama IKN.

Menanggapi hal itu, seorang kawan yang bekerja sebagai PNS di sebuah Kementerian sempat mencurahkan isi hatinya.

"Biar yang muda-muda aja lah, kita ini yang udah punya anak sekolah, istri kerja di sini, repot bakalan," ucapnya.

Memang patut dimaklumi alasannya. Bagi yang sudah berkeluarga dan sudah terlanjur nyaman tinggal di suatu daerah, pindah ke daerah baru yang jauh menjadi sebuah dilema tersendiri.

Meskipun ada aturan yang menyebutkan bahwa "PNS harus siap ditempatkan di mana saja". Tetapi sudah banyak terjadi jika faktor keluarga yang berjauhan bisa mengganggu kinerja seorang pegawai.

Tentunya pemerintah telah mengkaji hal itu. Terhadap aparatur sipil negara yang akan dipindahkan ke Nusantara, pemerintah saat ini mempunyai pekerjaan rumah yang besar untuk menyusun kriteria para abdi negara yang akan ditempatkan di sana.

"Pengennya sih pindah ke Pemda atau instansi yang nggak ikutan pindah ke sana," lanjut kawan tadi.

Sebelum semuanya jelas dan pasti, tak bisa dipungkiri bakal timbul berbagai bayangan di benak para PNS instansi pusat yang berkantor di Jakarta saat ini. Mereka adalah pegawai di Kementerian, Badan, Lembaga dan seterusnya.

Banyak yang harap-harap cemas. Ada yang pasrah. Ada pula yang sudah ancang-ancang minta pindah.

Namun, ada pula yang merasa optimis dan semangat dengan perpindahan ke IKN.

"Lho kan enak dapat fasilitas tempat tinggal, enggak macet, gedungnya serba baru," ujar kawan lain.

Usut punya usut, kawan yang ini statusnya masih single alias jomblo. Ada yang minat? Hehe.

Sayangnya saya tidak memiliki akses untuk bertanya kepada PNS yang statusnya sudah pejabat tinggi. Walaupun punya, saya yakin mereka akan senyum-senyum saja karena rata-rata usianya sudah dekat dengan masa pensiun.

Nah, jika begini, sudah pasti para PNS muda yang akan diandalkan sebagai tulang punggung pemerintahan di IKN baru bernama Nusantara itu. Terlebih mereka yang baru saja diterima dalam seleksi CPNS dalam tahun-tahun belakangan ini.

Sudah seharusnya mereka memiliki konsep dan kesiapan diri andai ditugaskan di IKN. Tak ada alasan bagi mereka untuk beralasan "tidak tahu" mengenai wacana pemindahan ibu kota negara sebelumnya. Pada saat mendaftar CPNS di lingkungan Kementerian atau instansi pusat, seharusnya mereka paham bahwa suatu ketika dirinya bakal ditempatkan di sana.

Mereka PNS yang masih muda dan potensial, diharapkan memiliki kemampuan yang bisa mendukung sebuah konsep IKN yang mengedepankan smart city. Hal ini tentu mutlak memerlukan kemampuan adaptif dengan cara kerja yang serba baru berbasis teknologi.

Pemindahan IKN dari Jakarta ke Nusantara bakal dilakukan secara bertahap, tidak sekaligus. Hal ini tentu saja bakal menimbulkan dampak di masa awal bahwa pusat pemerintahan masih terbagi dua antara Jakarta dan Nusantara. Menjembatani situasi demikian, mau tidak mau pemerintah pusat harus menerapkan pola kerja yang smart dan digital yang menembus batas-batas pola birokrasi based on paper selama ini.

PNS muda, atau mereka yang berpotensi ditempatkan di Nusantara, wajib menguasai pola kerja serba digital itu. Mengingat ibu kota negara baru semestinya langsung unjuk gigi ketika sudah resmi dipindahkan di sana. Tak ada alasan slow start, misalnya akibat proses pemindahan masih dalam tahap awal.

Namun, dari segala konsep penyiapan SDM yang mumpuni dan serba melek teknologi, jangan dilupakan pula faktor psikologis masing-masing pegawai.

Bisa jadi seorang pegawai itu siap lahir batin untuk dipindahkan ke IKN. Tetapi ada kemungkinan bahwa orang tuanya bakal mewek dan banjir air mata melihat anaknya pergi merantau.

Mungkin pula timbul masalah ketika seorang PNS muda memiliki calon suami atau istri dan enggan diajak pindah ke ibu kota baru. Keluarga calon mertua pun mempermasalahkan hal demikian. Dari ribuan PNS yang diproyeksikan pindah ke IKN, saya yakin bakal ada jenis masalah seperti ini.

Ah, namanya kehidupan pasti ada hal-hal manusiawi yang bisa menjadi masalah.

Menyiapkan diri siap lahir batin, termasuk mereka yang akan meninggalkan keluarga, atau mereka yang akan mengajak keluarga ikut serta. Ingatlah, Kota Nusantara sangat berbeda jauh dari Jakarta, terlebih dari sisi budaya.

Perlu kesiapan beradaptasi dengan budaya setempat. Perlu pula menyiapkan diri menjadi seorang pegawai mumpuni sekaligus adaptif dalam hal kolaborasi maupun menghormati adat istiadat dan budaya di tempat baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun