Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pilih Bayar dengan Uang Pas atau Nunggu Kembalian?

1 Juni 2021   10:12 Diperbarui: 2 Juni 2021   02:49 1846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Unsplash.com/Irfan Hakim

Gara-gara tak ada uang pas saat pembayaran, dan ketiadaan uang kembalian, keributan antara konsumen dengan penjual barang atau penyedia jasa kerap terjadi. Masing-masing pihak biasanya merasa benar, padahal kalau sudah ribut sejatinya semuanya jadi pihak yang bersalah.

Pagi itu saya berangkat kerja naik bus transjabodetabek. Pembayaran ongkos bus masih menggunakan pilihan tunai dan nontunai. Faktanya lebih banyak konsumen yang memilih membayar tunai.

Saat kondektur menarik pembayaran, semula berjalan lancar hingga ketemu satu penumpang yang paling belakangan belum diberi uang kembalian. Ongkos bus adalah Rp25 ribu, penumpang tersebut membayar dengan uang Rp30 ribu, berarti ia berhak uang kembalian Rp5 ribu.

"Maaf Bu, saya kehabisan uang kecil untuk kembalian," ujar kondektur.

"Ya tapi gimana dong Pak? Masak uang saya nggak dikembalikan?" jawab si penumpang.

"Begini aja Bu, saya kasih kertas catatan di tiket, besok ibu bawa pas naik bus ini atau bus transjabodetabek yang lain juga bisa kok buat potongan pembayaran, nggak masalah," terang kondektur.

"Saya besok nggak naik ini lagi Pak, tolong ya kasih kembali uang lima ribu saya!"

Tensi makin memanas, keduanya seolah makin terbawa emosi.

Keributan gara-gara polemik uang pas dan uang kembalian ini jamak terjadi di sekitar kita. Terlebih di lingkungan yang masih belum bisa mengandalkan pembayaran nontunai.

Bahkan seperti ojek online yang sebenarnya tersedia pembayaran nontunai pun tak luput dari kejadian seperti itu. Tempo hari bahkan sempat viral terjadi keributan antara ojol dengan konsumennya gara-gara tidak ada kembalian saat memesan bakso via aplikasi ojol.

Mungkin bagi kalangan "the have" atau mereka yang nggak pernah itungan, bisa saja terheran-heran kenapa gegara uang rupiah tak seberapa bisa menyebabkan orang bersitegang.

"Kenapa nggak bilang ambil aja kembaliannya sih?" mungkin demikian pikir mereka.

Namun, fakta di level bawah berkata lain. Cobalah sesekali pergi beli makanan di abang-abang penjual yang baru buka dan bayar dengan lembaran uang besar. Jika tak siap sedia uang kembalian, pasti si abang itu bakal lari sana lari sini ke warung sekitar untuk menukarkan kembalian.

Kalau sudah mentok nggak ada warung yang rela ditukar uangnya, si abang itu akan kembali ke pembeli dan menyerahkan tanggung jawabnya pada si pembeli. Dia akan meminta si pembeli yang nyari uang pas.

Sungguh situasi yang tidak mengenakkan.

Juga ketika orang bayar parkir tapi nggak punya uang pas. Bisa jadi si kang parkir bakal ngomel tak henti-henti saat dibayar dengan uang nominal seratus ribu. Sebaliknya, saat pemotor cuma berhenti sebentar di minimarket dan hanya punya lima ribuan untuk bayar parkir tapi atas alasan tidak ada kembalian, malah lima ribuan itu masuk kantong si kang parkir dengan wolesnya. Duh.

Jadi, sebenarnya ketika membeli sesuatu atau membayar sesuatu dengan uang pas apakah menjadi tanggung jawab mutlak konsumen? Demikian pula ketika si konsumen membayar dengan uang yang besar, apakah mutlak menjadi tanggung jawab si penjual barang atau penyedia jasa untuk selalu menyediakan uang kembalian?

Seharusnya sebelum bertemu dalam transaksi, baik konsumen maupun penyedia barang atau layanan, hendaknya bersiap untuk kemungkinan-kemungkinan yang muncul.

Lalu bagaimana menyikapi kejadian seperti itu? Mestinya menjadi kesadaran masing-masing untuk menyiapkan pembayaran pas dan juga kembalian. Masing-masing pihak, baik konsumen maupun penjual barang atau penyedia jasa harus bersiap untuk beragam situasi saat bertransaksi.

Selalu menyiapkan uang pecahan kecil

Ini yang saya lakukan setiap kali hendak berangkat kerja atau bepergian jauh. Saya usahakan dompet terisi bermacam pecahan dari mulai dua ribuan, lima ribuan, sepuluh ribuan dan seterusnya. Terkadang perlu juga menyiapkan koin lima ratusan dan seribuan di kantong.

Kita nggak pernah tahu kapan uang-uang tersebut bakal digunakan dalam rentang beberapa jam kemudian. Sebagai konsumen, bisa saja saya kepengen jajan, ngopi atau menyempatkan diri memberi pada pengamen. Persediaan uang dengan nominal beragam akan sangat membantu kita.

Jika susah nyari pecahan bagaimana? Bisa kok kalau mau nukerin ke bank sebulan sekali atau berapa bulan sekali, mau pecahan berapapun biasanya bank bersedia.

Selalu bawa uang nontunai

Uang nontunai dalam bentuk kartu bank seperti e-money, flazz, brizzi dan lain-lain, serta uang dalam dompet digital seperti ovo dan gopay, saat ini sangat penting dibawa ke manapun.

Kejadian seperti di awal tulisan ini seharusnya bisa langsung selesai jika pihak konsumen membayar dengan uang nontunai.

Atau dalam hal situasi ojol yang dibayar tunai tidak punya kembalian, ia bisa mengembalikan dalam bentuk nontunai. Namun jika konsumennya tidak punya dompet digital, maka abang ojolnya bisa minta tolong ke rekan sesama ojol atau siapapun untuk menukar uang nontunai dengan uang cash yang kemudian dibayarkan sebagai kembalian tunai pada konsumen yang tadi pesan bakso.

Sebelum buka lapak, siapkan banyak uang pecahan kecil

Baik penyedia jualan barang maupun penyedia layanan jasa, sebelum membuka pintu untuk melayani konsumen sebaiknya juga bersiap dengan banyak uang pecahan kecil sebagai antisipasi jika ada yang perlu uang kembalian.

Memang sebagian toko skala kecil atau warung ada yang menuliskan keterangan "bayar dengan uang pas". Tetapi hal semacam ini justru beresiko membuat orang malas dan urung datang.

Kondisi paling umum terjadi adalah ketika warung atau toko yang dijaga oleh karyawan, bukan si pemilik atau bosnya. Sayangnya, si pemilik ini tidak mempercayakan atau memodali karyawannya uang pecahan untuk jaga-jaga sebagai uang kembalian. Hmm, bos macam apa pula model begini ini? Bikin repot orang saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun