Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bisa Nggak Sih, Ospek Tanpa Bentakan?

16 September 2020   22:14 Diperbarui: 16 September 2020   22:16 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: KOMPAS.com/Yatimul Ainun

Beberapa meter menjelang gerbang kampus, saya baru teringat sesuatu. Alamak, sarung ketinggalan di kamar kos! Padahal hari itu sarung menjadi salah satu piranti wajib yang harus saya bawa sebagai peserta orientasi studi dan pengenalan kampus alias ospek.

Tanpa pikir panjang, saya pun langsung meminta tukang becak yang mangkal dekat gerbang kampus untuk mengantar saya kembali ke kos. Ngebut, secepat-cepatnya.

Agaknya tukang becak ini cukup berpengalaman mengantar mahasiswa baru pelupa macam saya ini. Manuvernya cukup lincah menyusuri gang sempit perkampungan. Bahkan gaya beloknya sudah mirip pembalap motogp. Seingat saya, satu sisi roda sempat terangkat ketika dia belok. Seekor ayam pun hampir tertabrak.

Ah, pengalaman beberapa tahun lalu itu demikian melekat di memori saya. Menakutkan sekaligus menggelikan jika diingat. Tukang becak itu pada akhirnya berhasil membawa saya finish lima menit menjelang gerbang kampus ditutup. Nyaris saja saya kena hukuman berat dari para senior. Bisa saja saya diomeli panjang lebar atau disuruh mencium pohon yang tak tahu apa-apa.

Setidaknya itulah yang paling ditakutkan seorang mahasiswa baru peserta ospek. Takut dimarahi dan dibentak di hadapan banyak orang. Benar-benar menakutkan bagi saya di usia segitu.

---

Sebenarnya sudah dari tahun ke tahun metode ospek dengan mengedepakan kegalakan senior ini dikritisi oleh banyak pihak. Biasanya ketika ada kasus yang menonjol, seperti adanya kekerasan.

Kini, ada satu kejadian viral lagi justru ketika ospek dilakukan secara daring karena kondisi pandemi. Kegiatan pengenalan kampus di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang mempertontonkan bentakan-bentakan panitia yang nggak banget.

Herannya, sudah pakai fasilitas daring alias virtual, kegiatan masa orientasi atau ospek masih saja ada bentakan-bentakan. Lain kali kalau ada yang begini putusin aja koneksinya, nggak apa-apa kok, Dik. Bener deh. Atau bilang aja kuotanya habis kesedot tethering tetangga kek.

Mungkin saja kalau ospeknya bukan daring, kejadian itu bakal terpendam dan hanya berakhir sebatas kenangan pahit bagi adik-adik mahasiswa baru itu. Tapi kok ya apesnya bagi panitia (dan pihak kampus tentunya), video bentakan itu malah viral ke dunia maya. 

Apa nggak mikir kalau bakal ada kemungkinan yang merekam dan membagikan ke khalayak ramai? Katanya mahasiswa itu termasuk smart people, kok ini rasanya kurang smart gitu deh.

Ya sudah, nikmatilah hujatan-hujatan netizen yang memang sedang haus hiburan.

Satu sisi, sudah pasti arah simpati bakal ditujukan pada adik-adik mahasiswa baru korban perpeloncoan online itu. Tentunya niat awal masuk kuliah di Unesa itu ya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan mendapat ilmu bermanfaat untuk bekal masa depan. Bukannya malah dibentak senior dan dipermalukan di jagat maya.

Sabar ya adik-adik.

Nah, di sisi lain, tanpa mengurangi simpati pada adik-adik mahasiswa baru itu, para oknum panitia ospek itu juga patut dikasihani. Lho kok? Iya dong, dalam struktur kepanitiaan ospek memang selalu ada orang-orang tertentu yang memang punya tugas khusus untuk membentak dan mencari-cari kesalahan peserta ospek. Sungguh kasihan orang-orang itu karena perannya dapat yang antagonis.

Jadi tidak semua panitia ospek itu bengis, ada juga kakak senior yang malah dianggap idola karena kebaikan, tidak pernah galak dan good looking alias cakep. Ya, faktor terakhir mau tidak mau selalu terbawa dalam acara semacam ini.

So, terhadap senior yang sok galak tadi, bisa jadi itu bagian peran yang memang harus diembannya. Entah kenapa, faktanya ospek dengan bumbu bentak-bentakan telah turun temurun selama puluhan tahun generasi. Si senior itu saya yakin juga belajar dari senior di atasnya. Mereka juga korban "keganasan" senior yang mewarisi dari senior di atasnya lagi.

Maka ketika netizen justru menghujat pribadi para oknum panitia ospek Unesa itu, secara tidak sadar netizen jenis ini juga sedang mempraktekkan kekerasan online yang bisa berdampak buruk bagi para mahasiswa itu.

Bayangkan saja, ada yang mencaci dengan kata-kata kotor di kolom komentar, bahkan ada yang menganjurkan para HRD perusahaan untuk mencatat nama dan wajah panitia ospek itu agar tidak bisa mendapatkan pekerjaan kelak. Hmm, terlalu. Gitu ya gitu, tapi mbok ya jangan gitulah.

Ada yang menghujat panitia, ada pula yang membela.

"Cemen ah, itu kan mengasah mental supaya pas di dunia kerja bisa tangguh, nggak lemah karena bentakan bos! Dasar lemah!" ini contoh komentar yang membela panitia ospek itu.

Duh, netizen memang beragam. Ada yang anjay, ada pula yang anti anjay.

Lalu kenapa bukan kampusnya saja yang dikritik keras? Kampus dalam hal ini adalah fasilitator kegiatan ospek atau apalah istilahnya untuk kegiatan pengenalan bagi mahasiswa baru ini. 

Kabar terbaru terkait kasus ini, pihak Unesa telah meminta maaf dan telah melakukan silaturahmi ke rumah mahasiswa baru itu untuk menyelesaikan secara kekeluargaan.

Langkah yang patut diapresiasi, tetapi evaluasi menyeluruh lebih pantas dinanti. Tak hanya di Unesa, di mayoritas kampus di Indonesia, ospek, masa orientasi atau kegiatan serupa dengan istilah-istilah lainnya masih marak diselenggarakan. 

Apa iya sih masih harus menggunakan konsep yang begitu-begitu saja? Konsep yang ujung-ujungnya jadi semacam ajang balas dendam senior kepada anak baru.

Dari kasus yang sudah-sudah, pihak kampus sendiri biasanya akan ngeles bahwa mereka kecolongan, atau ketiduran sehingga tidak tahu menahu jika panitia ospek kebablasan. Kalau sudah begitu biasanya ospek dinyatakan ditiadakan oleh pihak kampus, tapi eh tapi, muncul lagi tahun berikutnya dengan nama yang berbeda.

Ya kurang lebih mirip seperti acara tivi "Empat Mata"-nya Tukul Arwana yang dulu dinyatakan bubar tapi muncul lagi dengan judul "Bukan Empat Mata". Luar biasa memang.

Kalau begitu adanya, sekedar saran saja bagi adik-adik calon mahasiswa baru tahun depan, sebaiknya pikir masak-masak sebelum memutuskan ikut ospek atau semacamnya. 

Jika ragu dan punya bukti cerita adanya unsur kekerasan verbal atau fisik, lebih baik nggak usah ikut ospek. Banyak tanya dengan senior yang waras dan berpikir jernih, deh.

Ospek bukanlah kewajiban bagi seorang mahasiswa kok, karena kewajiban utama mahasiswa ya kuliah atau belajar. Jangan pula takut nggak punya teman atau nggak bisa ikut organisasi di kampus gara-gara nggak ikut ospek. Well, sepanjang yang saya tahu, tidak demikian adanya. Beneran? Iya benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun