"Saya mah bisanya cuma nyukur Pak, kalau nggak memberanikan diri begini ya nggak bisa makan," ucapnya.
Obrolan pun berlanjut dengan ceritanya tentang kegiatan di kontrakannya saat mal terpaksa harus tutup. Ia mengaku "diliburkan" selama tiga bulan dan seringkali diterpa kebosanan hari demi hari.
"Palingan main layangan, sepedaan dan tidur, gitu aja seringnya. Bosenin banget Pak," curhatnya.
"Kalau ada temen, saya mah sering ikut jogging ke stadion, sama ke pasar gitu. Tapi kalau jogging kan engap juga yak kalau pakai masker, jadi saya kadang buka masker juga gitu deh."
Lah, gimana sih? Dengerin ceritanya yang sering ke tempat keramaian dan nggak pakai masker, langsung bikin saya cemas. Tapi kan nggak mungkin juga saya langsung cabut dari tempat itu dengan keadaan baru separuh jalan potong rambutnya. So, akhirnya saya pasrah dan lanjut dicukur sambil mendengarkan ceritanya.
"Dua hari lalu Pak, saya dapat orderan panggilan nyukur ke rumah pelanggan saya. Janjiannya sih jam setengah 7 pagi, tapi jam 11 baru mulai nyukur Pak, capek nunggunya."
"Lha emang kenapa gitu?" tanya saya.
"Istrinya kan dokter tuh. Saya mau masuk ke rumahnya saja mesti disemprot-semprot di halaman rumah sama satpam. Abis itu sama Bu Dokter saya dites dulu Pak, revites," ujarnya.
"Rapid tes maksudnya?"
"Iya repit gitu lah. Hasilnya yang lama banget sampai jam 11 itu, untung saya lolos tesnya," katanya.
Hmm, saya pun ikut lega mendengarnya. Padahal tadi sempat cemas karena dengar kelakuannya jogging dan ke pasar tanpa masker.
"Saya kan udah siapin tuh alat-alat gunting dan lain-lain, udah saya bersihkan, cuci pakai alkohol, eh giliran mau nyukur malah disuruh pakai alat-alatnya dia. Waduh Pak, dalam hati saya dongkol tau gitu gak usah repot-repot bawa alat dari rumah," ucapnya.