Alhamdulillah, bagaimanapun harus tetap disyukuri.
---
Silaturahmi dengan tetangga dekat kami tetap berlangsung meskipun harus dengan saling mengingatkan untuk tidak bersalaman dengan bersentuhan langsung dan tetap menjaga jarak aman. Kami melakukannya di depan rumah masing-masing, dan tak ada yang berkunjung masuk ke dalam rumah.
Pastinya tidak semua orang bisa menerimanya, meski dalam hati. Tapi sikap kami yang menjaga jarak semoga bisa dipahami sebagai ikhtiar bersama melawan pandemi ini.
---
Bahkan dengan mertua saya yang hanya berjarak tempuh sekitar 45 menit saja, tak ada pertemuan fisik bagi kami. Telah jauh-jauh hari sebelumnya kami ikhlaskan momen lebaran ini hanya dengan saling memaafkan secara online.
Pun dengan orang tua kandung saya di Temanggung, Jawa Tengah. Terasa berbeda ketika di layar smartphone saya melihat mereka berdua berada dalam kesepian saat lebaran. Padahal biasanya meskipun saya tidak mudik, selalu saja ada keramaian khas lebaran ketika saudara-saudara dekat dan tetangga-tetangga berkunjung untuk bersilaturahmi.
"Sudah ada edaran Bupati kalau mulai hari ini selama tiga hari tidak boleh ada yang bebas keluar rumah kalau ndak ada keperluan jelas. Semuanya pada manut, ikut kata Bupati, pokoknya sampai di tiap RT ditutup ndak bisa bebas keluar masuk," ucap Ibu saya.
"Di lingkungan sini juga anak-anaknya yang merantau ndak ada yang mudik, benar-benar sepi di luar," lanjutnya.
---