Coba dipikir dan direnungkan lagi deh, memangnya sepuluh orang lebih ngambilin kue di piring yang sama itu nggak beresiko penularan virus? Apalagi di antara yang ngambil tuh kesehariannya masih ada yang bekerja di luar.
----
Fenomena seperti ini setali uang dengan di salah satu kompleks yang tak jauh dari rumah kami. Pagar kompleksnya dijaga begitu ketat dengan berbagai spanduk berisi pencegahan corona. Sebuah tenda besar juga terpasang. Tak lupa pagar besi untuk menghentikan setiap kendaraan dan manusia luar kompleks yang hendak masuk. Semprotan desinfektan siap difungsikan jika ada warga luar hendak masuk.
Cuma yang rada anehnya, di bawah tenda itu disediakan pula kursi-kursi dan meja. Tak lupa gorengan, kopi, air mineral dan rokok memenuhi meja. Kemarin pas saya lewat, ada sekitar 10an orang duduk-duduk nungguin posko tersebut. Ini posko corona atau tenda kondangan sih?
Tapi ya, ini kan corona. Ngapain pula pada ngumpul-ngumpul gitu tanpa jaga jarak? Nggak pada pakai masker pula. Duh.
"Woi Bang, mampir Bang! Sini ngerokok dulu!" teriak salah satu warga "penjaga" posko kepada seseorang yang tengah lewat naik motor.
Nah, ini mah makin aneh pisan euy. Posko anti corona malah berfungsi jadi tempat ngariung, ngumpul-ngumpul buat usir kebosanan. Masih boleh ngerokok pula. Hmmm...
Aturan mah di posko begini berlaku sistem piket. Gantian 2-3 orang warga saja gitu.
Menurut kabar burung yang saya dengar, posko-posko corona yang dipenuhi warga ngumpul kini jadi semacam tempat kongkow alternatif bagi kaum bapak-bapak semenjak warkop dan beragam tempat keramaian ditutup. Ini kabar yang yang saya terima dari kalangan emak-emak ya.
"Tau tuh suami saya pamitnya ke posko mulu, corona jadi alasan, bosan kali ya liat istri di rumah?!"
Nah, mungkin bisa jadi di rumah bosan disemprot istri mulu atau sebaliknya, kaum suami ini cari pelarian dengan nyemprot-nyemprotin orang di gerbang kompleks. Ya minimal duduk-duduk sampil ngeliatin orang disemprotin desinfektan.