Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pesan Makanan via Ojol, Pakai Mikir Dong...

25 November 2018   21:37 Diperbarui: 16 Desember 2021   11:52 1620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layanan ekonomi kekinian, ojek online (Foto by widikurniawan)

Kehadiran ojek online (ojol) tak hanya memudahkan masyarakat dalam bertransportasi. Revolusi dalam hal "jajan" pun turut tercipta. 

Kini dengan gadget di tangan, siapapun bisa pesan makanan dan minuman favorit dengan mudah. Abang dan embak ojol akan membelikan untuk kita yang duduk manis di rumah maupun di kantor. Praktis.

Meskipun harus menalangi pembayaran terlebih dahulu, ojol delivery makanan ini selalu siap sedia. Go-Food milik Go-Jek dan Grab-Food milik Grab adalah dua layanan terdepan yang familiar digunakan masyarakat sekarang.

Hanya saja, tak selamanya sistem ini mulus-mulus saja. Layaknya ojol yang mengambil penumpang, ojol makanan juga kerap mengalami "drama" yang penuh cerita.

"Saya ini nggak pernah nolak order makanan Mas, cuma ya heran saja kok orang-orang sering banget order jauh-jauh gitu jaraknya," cerita seorang ojol yang tengah membawa saya di sebuah perjalanan.

"Jauhnya seberapa Bang?" tanya saya.

"Lebih 7 kilo kan jauh Mas, udah gitu masih masuk mal, kan mesti parkir juga, lamalah, belum antrenya. Saya sih nggak papa ya, sudah risiko kerja begini, cuman kan kasian ntar makanannya jadi dingin sampai rumah, jadinya nggak enak," cerocosnya.

Saya manggut-manggut, mencoba membayangkan. Sebagai orang yang kerap memesan makanan via ojol saya tahu persis bagaimana rasanya menanti makanan atau minuman datang. Pernah saya memesan kopi panas, tapi datangnya jadi kopi anget dan agak tumpah-tumpah gitu. Padahal jaraknya tak lebih dari 1 kilometer. Ya itu memang risiko.

"Padahal kan di aplikasi ada pilihan lokasi terdekat ya Bang? Kenapa ya orang masih cari yang jauh? Keburu lapar kalau saya mah, kasihan abangnya juga," tanya saya.

"Nggak tahu juga Mas, kayaknya karena gambarnya menarik selera jadi orang asal pesan saja, padahal belum tentu rasanya enak atau dia pernah makan di situ. Cuma ya itu tadi saya heran kalau jenis makannya harus selalu panas kan nggak enak kalau sampai d kastamer jadi dingin," ujarnya.

Mendengar ceritanya, saya juga teringat cerita yang beredar bahwa ada konsumen yang tega marah-marah ke ojol gara-gara lama mengantar makanannya. Lebih sadis lagi malah membatalkan pesanan meskipun sudah dalam perjalanan dan terlanjur membelikan makanan.

Konsumen jenis begini apa nggak pakai mikir ya?

Pesan makanan via ojol tanpa perhitungan juga kerap terjadi ketika ada konsumen memesan makanan dengan harga dan jumlah yang sangat besar.

Sebut saja namanya Mawar, karyawati di sebuah kantor, dia bercerita pernah ditelepon ojol yang mengambil orderannya dan minta di-cancel.

"Maaf Mbak, uang saya kurang untuk bayar, lagipula jumlahnya banyak saya nggak bisa bawa sendirian, di-cancel saja ya Mbak," pinta abang ojol di ujung telepon.

FYI, Mawar ternyata memesan paket nasi dari sebuah restoran terkenal sejumlah 20 kotak untuk seisi ruangan kantornya. Mahal dan merepotkan ojol pastinya yang harus membawa segambreng kotak berisi makanan menggunakan sepeda motor. Lha kalau berhamburan di jalan apa nggak repot?

Nah, konsumen memang raja, tapi seharusnya bukan raja tega. Ojol juga manusia dan punya keterbatasan. Mari gunakan otak dan hati saat memesan makanan atau minuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun