Kehadiran ojek online (ojol) tak hanya memudahkan masyarakat dalam bertransportasi. Revolusi dalam hal "jajan" pun turut tercipta.Â
Kini dengan gadget di tangan, siapapun bisa pesan makanan dan minuman favorit dengan mudah. Abang dan embak ojol akan membelikan untuk kita yang duduk manis di rumah maupun di kantor. Praktis.
Meskipun harus menalangi pembayaran terlebih dahulu, ojol delivery makanan ini selalu siap sedia. Go-Food milik Go-Jek dan Grab-Food milik Grab adalah dua layanan terdepan yang familiar digunakan masyarakat sekarang.
Hanya saja, tak selamanya sistem ini mulus-mulus saja. Layaknya ojol yang mengambil penumpang, ojol makanan juga kerap mengalami "drama" yang penuh cerita.
"Saya ini nggak pernah nolak order makanan Mas, cuma ya heran saja kok orang-orang sering banget order jauh-jauh gitu jaraknya," cerita seorang ojol yang tengah membawa saya di sebuah perjalanan.
"Jauhnya seberapa Bang?" tanya saya.
"Lebih 7 kilo kan jauh Mas, udah gitu masih masuk mal, kan mesti parkir juga, lamalah, belum antrenya. Saya sih nggak papa ya, sudah risiko kerja begini, cuman kan kasian ntar makanannya jadi dingin sampai rumah, jadinya nggak enak," cerocosnya.
Saya manggut-manggut, mencoba membayangkan. Sebagai orang yang kerap memesan makanan via ojol saya tahu persis bagaimana rasanya menanti makanan atau minuman datang. Pernah saya memesan kopi panas, tapi datangnya jadi kopi anget dan agak tumpah-tumpah gitu. Padahal jaraknya tak lebih dari 1 kilometer. Ya itu memang risiko.
"Padahal kan di aplikasi ada pilihan lokasi terdekat ya Bang? Kenapa ya orang masih cari yang jauh? Keburu lapar kalau saya mah, kasihan abangnya juga," tanya saya.
"Nggak tahu juga Mas, kayaknya karena gambarnya menarik selera jadi orang asal pesan saja, padahal belum tentu rasanya enak atau dia pernah makan di situ. Cuma ya itu tadi saya heran kalau jenis makannya harus selalu panas kan nggak enak kalau sampai d kastamer jadi dingin," ujarnya.