Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

KUA, Bisa Jadi Pintu Masuk Lawan Hoaks

21 Juli 2018   23:03 Diperbarui: 21 Juli 2018   23:24 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kursus calon pengantin di sebuah KUA (foto: Ira Iramayansari/tribunbarru.com)

"Jadi calon suami kamu pernah posting meme yang sebenarnya tidak benar dan meresahkan. Itu berita bohong alias hoaks. Apakah kamu sebagai calon istri masih yakin jika kelak berumah tangga tidak akan mendapatkan hoaks-hoaks lainnya?" inilah salah satu contoh jenis pertanyaan yang bisa diajukan.

Saat kursus calon pengantin di KUA, materi tentang etika  bermedsos tentu harus masuk. Kursus ini semula memang diadakan dengan latar belakang banyaknya KDRT di masyarakat. Tapi kini harus disadari bahwa bersosialisasi di dunia maya justru sama atau bahkan lebih berbahaya dari KDRT. Jika KDRT yang rusak keluarga, maka hoaks dan sejenisnya bisa merusak tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bahaya gaes...

Mereka yang datang ke KUA itu calon keluarga dan calon orang tua yang berkewajiban mendidik anaknya berperilaku yang sesuai norma. Maka yang harus dibenerin adalah orang tuanya dulu.

Apakah cara tersebut bisa efektif?

Tidak ada jalan lain untuk membuktikan efektif atau tidaknya sebuah kebijakan kecuali dengan menjalankannya langsung. Mungkin hasilnya tidak akan langsung instan, tapi meletakkan pondasi di unit terkecil dari masyarakat tentu saja menjadi hal yang harus dilakukan. Pondasi keluarga kokoh dan baik, maka ancaman terhadap masyarakat bisa ditekan.

Adakah cara lain?

Ya tentu, kalau target kebijakan di atas adalah pasangan muda yang akan berkeluarga, maka yang sudah berkeluarga dan kalangan tua pun tetap harus disentuh. Ranah Kemenag antara lain ada pada saat bimbingan naik haji.

Para calon jamaah haji hendaknya tak hanya dibekali manasik, lebih dari itu bagaimana menyentuh kalbu para jamaah ketika akan beribadah di tanah suci. Sudah sewajarnya jika pembimbing haji mengingatkan tentang perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain dan harus memohon ampun serta menyadari tentang perilaku tidak baik seperti halnya mudah terpengaruh hoaks dan mengeluarkan ujaran kebencian.

Cara lain please...

Kampanye anti hoaks di bawah arahan saya sebagai Menteri Agama memang harus besar-besaran dan total. Salah satunya karena Kemenag membawahi lembaga pendidikan seperti Madrasah yang tersebar di banyak daerah.

Bagaimanapun materi bermedsos yang baik dan benar serta anti hoaks harus diajarkan di sini. Tidak boleh ditawar-tawar lagi. Jika di negara lain saja ada pelajaran menganalisa berita hoaks atau tidak, maka di Madrasah para gurunya harus terlebih dahulu dibekali tentang hal itu. Tujuannya, ketika guru menyampaikan materi ke siswa, maka benar-benar bisa dipahami dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun