Mungkin mereka lanjut Sahur on The Road, entahlah, yang jelas pekan berikutnya mereka sudah menghilang. Saya berharap mereka menghilang bukan karena tercyduk yang berwajib. Saya pun kembali mengandalkan alarm ponsel untuk bangun sahur.
Memang di berbagai daerah, rombongan pembangun sahur biasanya aktif di hari-hari awal Ramadan. Setelahnya seolah timbul tenggelam, antara ada dan tiada. Mungkin lelah juga pagi-pagi buta selalu jalan keliling kampung.
Bagi saya pribadi, tradisi seperti itu sebenarnya unik juga dan selalu bikin kangen. Ramadan seolah tak lengkap tanpa kehadiran mereka. Hanya saja kerapkali pembangun sahur hadir terlalu pagi bagi saya, sekitar pukul 02.30. Padahal saya mah ikutan prinsip untuk mengakhirkan makan sahur. Jadi rata-rata saya makan sahur sekitar jam 04.00 hingga waktu imsak.
Suara-suara riuh yang kepagian terkadang hanya membuat saya sejenak melek tapi setelah itu tidur kembali. Masih berat rasanya mata ini jika harus sahur kurang dari jam 04.00.
Apakah ada yang senasib?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H