Bagi kebanyakan orang, menulis buku bahkan menerbitkannya barangkali menjadi hal yang tidak pernah terbayangkan. Namun, anak-anak ini telah melangkah lebih jauh dari kebanyakan orang. Mereka berhasil menerbitkan buku-buku hasil karya sendiri dan meluncurkannya dalam sebuah Festival Buku.
"Ayo dibeli bukunya, ini tentang batuan sedimen, yang ini batuan metamorf..." ucap anak-anak itu mempromosikan hasil karyanya kepada pengunjung.
Luar biasa. Anak-anak kecil itu tak hanya menerbitkan buku, tetapi mereka juga memasarkan sendiri bukunya.
Itulah pemandangan yang terekam di Festival Buku Sekolah Alam Indonesia Cibinong, Sabtu (14/4), pagi. Siswa-siswi dari mulai jenjang Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Dasar di Sekolah Alam Indonesia (SAI) Cibinong, tampak antusias memamerkan buku hasil karya mereka. Bergantian pula mereka per kelas naik ke panggung dan melakukan bedah buku layaknya penulis dewasa yang tengah melakukan promo bukunya.
Menariknya, proses pembuatan buku-buku ini tidak instan dan satu arah atau hanya bersumber pada pengetahuan yang diberikan guru di kelas. Seperti halnya anak-anak kelas 4 SD yang menjadikan kegiatan outing ke Yogyakarta untuk memperdalam kandungan buku yang akan mereka terbitkan.
Mereka melakukan penelitian dengan berkunjung ke Gua Cereme, Museum Gunung Merapi hingga Museum Geoteknologi dan Mineral UPN Yogyakarta serta melakukan wawancara dan diskusi dengan geolog dari UGM.
Anak-anak seusia mereka bahkan telah berani tampil di hadapan beberapa pihak perusahaan  untuk mempresentasikan proposal kegiatan tersebut. Hasilnya terbitlah beberapa buku tentang pengamatan selama di Ujung Kulon, misalnya tentang Badak Jawa, Banteng Jawa dan Rusa Jawa.
Seperti yang dikatakan oleh Rima Aulia, Kepala Sekolah Alam Indonesia Cibinong, membuat buku merupakan kegiatan yang bermanfaat besar. Buku yang dibuat kelas 4 SD misalnya, akan bermanfaat bagi adik kelasnya sebagai gambaran pelajaran yang akan mereka terima saat naik kelas.
"Proses pembuatannya dimulai dari anak-anak dan diakhiri oleh anak-anak, dari mulai ide, layout mau bagaimana bentuknya mereka yang atur. Bahkan sampai diskusi tentang harga jual buku, mereka pula yang tentukan," tutur Rima Aulia kepada para pengunjung Festival Buku.
Berkeliling di area Festival Buku yang penulisnya adalah anak-anak semua, menjadi pengalaman unik bagi saya. Kesannya lebih membumi dan malah tertantang untuk membuat karya seperti mereka.
"Kamu buat sendiri buku ini?" tanya saya kepada seorang anak yang menjaga sebuah stand buku.
Anak itu hanya tersenyum, menggeleng pelan dan kemudian menjawab.
"Sama teman-teman," ucapnya.
Sebuah kepolosan yang terbingkai dalam kejujuran. Saat ini boleh jadi mereka mengerjakan buku secara berkelompok, tapi mungkin kelak merekalah generasi penulis hebat di negeri ini.
Senyum yang mereka berikan tampak tulus dan menyenangkan. Anak-anak kecil di hadapan saya ini boleh berbangga dengan hasil karya mereka. Sebuah capaian yang tidak mudah, tapi mereka mampu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H